Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Naik Becak "Tilik Jeron Beteng" di Panembahan

12 November 2022   15:28 Diperbarui: 12 November 2022   15:28 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semua perjalanan memiliki tujuan rahasia yang tidak diketahui oleh pelancong." - Martin Buber

Datang lebih awal di agen travel antar kota yang berlokasi di Gading Yogyakarta, mau ngapain ya? Saat terlihat becak melintas di Jl MT Haryono, refleks menyeru becaakkk.... Berhitung waktu, minta tolong Bapak pengayuh becak untuk putar-putar.

Tawaran beliau adalah Keraton atau Taman Sari yang menjadi jujugan pelancong. Hmm, Simbok malah minta tolong diantar ke Jokteng Wetan (pojok beteng Timur). Informasi beliau bahwa lokasi sedang dipugar yang tentunya tidak perform cantik maksimal tidak menyurutkan minat.

Mari berangkat... Serasa orang luar (maksudnya luar lingkungan beteng keraton) yang tilik jeron beteng alias melongok singgah sejenak di lingkungan dalam beteng. Secara fisik lingkungan keraton dikelilingi oleh tembok beteng.

Masyarakat luar menyebut komunitas yang tinggal di dalam beteng sebagai jeron beteng. Bukan hanya keluarga inti kerajaan yang tinggal di kompleks istana. Para sentana abdi dalem beberapa tinggal di dalam beteng.

Kini secara administrasi terangkum dalam Kecamatan atau Kemantren Kraton. Terdiri dari Kelurahan Kadipaten, Kelurahan Panembahan, dan Kelurahan Patehan. Lingkungan yang sarat dengan budaya keraton Ngayogyakarta.

Cagar Budaya Plengkung Gading alias Plengkung Nirboyo

Becak dikayuh pelan, kami kula nuwun permisi memasuki kawasan jeron beteng dari pintu Selatan. Gerbang unik berupa plengkung. Masyarakat menyebutnya Plengkung Gading. Penanda Cagar Budaya menerakan Plengkung Nirboyo.

Cagar Budaya Plengkung Nirboyo (dokpri)
Cagar Budaya Plengkung Nirboyo (dokpri)

Menjadi prasasti penting karena dari 5 plengkung terkenal di lingkungan keraton, tinggal 2 plengkung dengan kondisi utuh ornamennya. Plengkung Gading dan plengkung Wijilan. Episode naik becak tilik jeron beteng menyisir Kelurahan Panembahan dan mengunjungi 2 plengkung ini .

Plengkung Gading menempati arti khusus, karena pada zamannya menjadi pintu keluar saat raja mangkat dan hendak dimakamkan ke Imogiri. Penamaan Nirboyo, berasal dari kata nir alias tanpa dan boyo atau bebaya artinya bahaya. Nirbaya merupakan harapan doa agar kalis ing bebaya atau terhindar dari marabahaya.

Cagar Budaya Pojok Beteng Timur

Keluar dari Plengkung Gading, kami mengarah ke kanan menyusuri Jl Langenarjan Kidul. Bersambung ke Jl Siliran Kidul dan berhenti mampir di cagar budaya Pojok Beteng Timur. Kalau berpusat dari posisi keraton adalah arah Tenggara.

Cagar Budaya Pojok Beteng Wetan (dokpri)
Cagar Budaya Pojok Beteng Wetan (dokpri)

Beneran sedang dilaksanakan pemugaran. Minta izin mendaki tangga ke atas terlihat kesibukan pekerja. Menyesap posisi pojok beteng dengan 3 ceruk pengintai memantau keamanan dari segala penjuru. Mengintip dasar selokan diantara 2 lapisan beteng dalam dan luar.

Menyisir sisi beteng serasa perjalanan nggirmbok alias pinggir tembok. Kini menjadi pemukiman yang lumayan padat tetap tertata apik. Aneka bisnis kuliner berderet di sepanjang jalan di lingkungan jeron beteng.

Menyisir pinggir tembok beteng 2 lapis (dokpri)
Menyisir pinggir tembok beteng 2 lapis (dokpri)

Hampir tersilap oleh tampilan Wedangan Rondjeng yang persis menempel di cagar budaya pojok beteng. Nuansa bangunan dan identitas nama senada dengan suasana jokteng. Ooh, ternyata caf kekinian yang belum setua kisah jokteng.

Jokteng, Rondjeng dan bagian becak (dokpri)
Jokteng, Rondjeng dan bagian becak (dokpri)

Minta tolong Bapak pengayuh becak untuk menuju ke Plengkung Wijilan. Kami menyusuri Kembali Jl Siliran Kidul lalu belok kanan ke Jl Gamelan terus ke Jl Wijilan. Menumpang becak kami bisa jalan terus, karena sebenarnya Jl Wijilan berlaku kendaraan bermotor satu arah.

Salah satu keunggulan santai naik becak adalah kesempatan menikmati blusukan dengan santai. Belum lagi kisah yang dituturkan oleh beliau selaku bagian dari marketing pariwisata lokal. Banyak hal dapat diserap dari perbincangan kami.

Cagar Budaya Plengkung Wijilan alias Plengkung Tarunasuro

Jajaran gerai gudeg menandai Jl Wijilan dan Plengkung Wijilan atau Plengkung Tarunasuro. Posisi di sebelah Timur dari Alun-alun Utara. Dulu menjadi pintu masuk utama warga untuk sowan ke lingkungan keraton.

Plengkung Wijilan (dokpri)
Plengkung Wijilan (dokpri)

Penamaan Plengkung Wijilan mengikuti nama Kampung. Sedangkan penamaan Tarunasuro, penanda pada zamannya plengkung strategis ini dijaga oleh para prajurid muda. Mengingat peran plengkung Wijilan sebagai pintu masuk wilayah keraton.

Plengkung Wijilan Nov 2022 sedang dipugar (dokpri)
Plengkung Wijilan Nov 2022 sedang dipugar (dokpri)

Saat kunjungan, kegiatan pemugaran dan perawatan juga sedang berlangsung. Pemugaran dengan tetap mempertahankan arsitektura aslinya. Ada kegiatan pengerokan dan pengecatan ulang. Kembali minta izin naik melalui tangga sebelah plengkung, mengedarkan pandang pada jalur Panjang di atas tembok beteng.

Susur Kampung Wisata di Kelurahan Panembahan

Saatnya kami kembali ke pangkalan asal. Perjalanan Kembali menyisir Jl Wijilan, Jl Gamelan dan belok kanan ke Jl Langensastran Lor. Sel otak memetakan geografis wilayah kampung yang kami lalui. Setidaknya terekam Kampung Langenharjan/Langenarjan, Kampung Siliran, Kampung Gamelan, Kampung Wijilan, dan Kampung Langensastran.

Kampung Langenarjan, Siliran, dan Pesindenan (dokpri) 
Kampung Langenarjan, Siliran, dan Pesindenan (dokpri) 

Setiap kampung dengan nama uniknya. Langenarjo bermakna persinggahan yang menyenangkan. Tata pemukiman pun pranata sosial budaya yang berlaku.

Beberapa kampung berdasar nama keahlian abdi dalem. Kampung Siliran berada di sebelah Timur Kampung Langenarjan. Pojok Beteng Timur berada di kampung ini. Kata Siliran berasal dari abdi dalem silir yang bertugas mengurus lampu keraton.

Omah Siliran Heritage (dokpri)
Omah Siliran Heritage (dokpri)

Sekilas terjepret Kutus-Kutus Omah Siliran Heritage. Terlihat begitu banyak rumah dengan arsitektura unik. Beberapa menjadi galeri batik yang kawentar. Belum lagi yang difungsikan untuk wisata kulineran.

Kampung Pesindenan mengingatkan simbok pada Sinden Waljinah. Yuup, kampung ini merupakan hunian abdi dalem sinden. Sinden atau waranggana yang memiliki tugas nembang pada gelar karawitan.

Aha, hampir terkecoh saat membaca nama Kampung Gamelan. Ingatan melayang pada gamelan yang mencakup gong, saron, kenong dkk. Eh, ternyata Kampung Gamelan adalah tempat tinggal kelompok abdi dalem gamel, yang bertugas mengurus kuda milik Sultan. Terjepret Dalem Gamelan yang berada di Jl Gamelan.

Kampung dan Dalem Gamelan (dokpri)
Kampung dan Dalem Gamelan (dokpri)

Lain waktu bisa diualang lagi untuk susur kampung dan menyesap suasana budaya khasnya. Setiap kampung tumbuh dari sejarah budaya lokal. Setiap budaya lokal tumbuh seiring waktu, kreatif adaptif dengan suasana kekinian.

Terbayang betapa tuntutan gen kreatif di wilayah kelurahan Panembahan ini. Festival Kreatif Lokal sangat responsif dipantik. Lah setiap kampung memiliki keunikan lokal. Tak ayal wilayah ini dinamis dalam ranah kepariwisataan. Semoga tetap berakar pada pakem budaya lokal sehingga tidak luntur identitas luhurnya.

Panembahan - Desa Wisata Ramah Berkendara

Simbok lansia merasa sangat nyaman blusukan naik becak tilik jeron beteng di Panembahan. Fasilitas jalan sangatlah nyaman, lah iya kan dalam kawasan keraton ya. Penataan jalur sangat jelas. Terasa Desa Wisata Ramah Berkendara.

Semoga setiap pengguna jalan menerapkan adab kesantunan dalam berkendara dan berlalulintas. Mengingat kawasan ini sangat strategis. Banyak pengunjung ingin menikmati keunikan setiap sudutnya.

Ini jepretan di Jl Gamelan. Aneka kendaraan bersisian dari kendaraan bermotor beroda 4, sepeda motor, becak, juga pesepeda kayuh dan penikmat jalan kaki. Suasana jalan terasa teduh dengan jajaran pohon Tanjung.

Rimbun Tanjung peneduh dan penyerap polutan (dokpri)
Rimbun Tanjung peneduh dan penyerap polutan (dokpri)

Pohon Tanjung (Mimusops elengi) sangat akrab di lingkungan keraton. Secara fisik sosok pohon dengan percabangan apik pas menjadi peneduh. Bunga wanginya sering dikaitkan dengan wewangian lulur puteri keraton.

Secara filosofis, masyarakat Jawa mengaitkan nama Tanjung dengan budaya. Tanjung merupakan paduan dari kata "ta" dan "jung". "Ta" bermakna tanda dan "jung" bermakna ajhunjhung atau menjunjung. Menjalin makna ajakan untuk menjunjung tinggi ajaran luhur.

Pengetahuan lokal yang luar biasa. Hasil penelitian, tanaman Tanjung mampu menyerap polutan timbal atau Pb (Plumbum). Timbal merupakan polutan yang dihasilkan oleh emisi pembakaran dari kendaraan bermotor. Terbayang peran Tanjung penyerap polutan dari asap kendaraan yang memenuhi wawasan ini.

Oleh-oleh naik becak tilik jeron beteng Panembahan

Duduk manis dalam becak yang dikayuh pelan, Simbok membatin dan ngundamana (bicara dalam hati). Kawasan ini memiliki ekosistem pariwisata yang luar biasa. Bertumpu pada kekayaan budaya baik berupa Cagar Budaya secara fisik yaitu Plengkung Gading/Nirboyo, Pojok Beteng Wetan, dan Plengkung Wijilan (Tarunasuro).

Tentunya memiliki sumberdaya manusia yang sangat mumpuni. Berada di lingkungan pyayi keraton juga pusat Begawan dari aneka Perguruan Tinggi disekitarnya yang sangat peduli. Banyak komunitas pendukung pemerhati budaya menjaga kearifan lokal.

Memiliki infrastruktur yang sangat memadai. Iringan Walikota se Indonesia yang menyisiri Kelurahan Panembahan beberapa waktu lalu merasakan suasana desa wisata ramah berkendara. Memicu gen kreatif masyarakat menggairahkan industri pariwisata sesuai potensi lokal. Muatannya senada dengan program yang digalakkan oleh Adira Finance.

Pamit dari Plengkung Nirboyo (dokpri)
Pamit dari Plengkung Nirboyo (dokpri)

Saatnya undur diri. Kembali becak melaju melewati sisi Timur Alun-alun Kidul, cukup menatap ringin kembar dari kejauhan. Merunduk di bawah Plengkung Nirboyo. Pamit ke kota asal dengan doa nirboyo, aman tanpa marabahaya.

Naik becak tilik jeron beteng, tanpa tujuan khusus menemukan butir kearifan lokal. Senada dengan kata Martin Buber "Semua perjalanan memiliki tujuan rahasia yang tidak diketahui oleh pelancong." Salam wisata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun