Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Genjer dan Kelakai, Pangan Lokal dari Ekosistem Lahan Basah

2 Februari 2022   22:34 Diperbarui: 3 Februari 2022   12:36 2831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kelakai (sumber rri.co.id/palangkaraya)

Ekosistem lahan basah berperan penting sebagai komponen penata siklus air dan adaptasi iklim. Secara mikro juga menjadi penyedia pangan lokal. Mari menyoal Genjer dan Kelakai, pangan lokal dari ekosistem lahan basah.

Ekosistem Lahan Basah

Hari ini Rabu 2 Februari 2022 adalah peringatan Hari Lahan Basah Sedunia. Peringatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dunia akan arti penting lahan basah. Bermula dari Konvensi di kota Ramsar, Iran pada tahun 1971.

Ekosistem lahan basah memegang peranan penting atas ekologi dan ekonomi dunia. Mencakup tata hidrologi, adaptasi iklim, pun keanekaragaman hayati. Kesatuan ekosistem dengan komponen biotik dan abiotik yang khas. Penciri utamanya adalah tingkat kejenuhan kejenuhan air tanah yang tinggi.

Lahan basah dianalogikan sebagai 'ginjal bumi'. Laiknya ginjal sebagai penyaring toksik. Hal ini ditumpukan pada kemampuan lahan basah menyerap karbon dioksida (CO2) pada daur karbon global. Mampu menjadi sink penyimpan karbon sehingga menghambat laju pemanasan global.

Keprihatinan global karena menyusutnya peran ekosistem lahan basah dalam menjaga kelestarian bumi oleh aktivitas manusia. Artikel ini tidak hendak menyoal hal berat. Sahabat pembaca Kompasiana dapat merunut pada artikel Lahan Basah yang Terlupakan, anggitan Prof Ronny R. Noor yang mengupasnya secara apik holistik.

Aneka wujud bentang fisiografis lahan basah. Hamparan gambut, rawa, bantaran sungai bagian dari ekosistem lahan basah. Pernah mengulik peran tebaran rawa Jabodetabek dengan contoh tiga rawa skala mini sebagai tata kelola air alami. Terdegradasinya peran rawa alami oleh aneka kepentingan.

Sila singgah pada artikel: Jabodetabek Kawasan Seribu Rawa, Riwayatmu Kini

Genjer di Lahan Basah (Foto: Putri Akmal/detikcom)
Genjer di Lahan Basah (Foto: Putri Akmal/detikcom)

Genjer dan Kelakai, Pangan Lokal dari Ekosistem Lahan Basah

Memainkan peran pengelola air, serapan karbon, lahan basah juga menyediakan keragaman hayati yang sangat tinggi. Tumbuhan lahan basah sebagai sumber obat maupun pangan bagi masyarakat. Diantaranya adalah pangan lokal Genjer dan Kelakai.

Bersusuh di tepian Rawa Pening, simbok akrab dengan sayur lokal Genjer. Genjer ada pula yang menyebut paku rawan (Limnocharis flava) meski bukan anggota keluarga paku-pakuan. Merupakan tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah maupun perairan dangkal. Kadang menjadi gulma pengganggu tanaman padi.

Di pasar tradisional Salatiga, Genjer cukup sering dijumpai dan berasal dari tepian Rawa Pening. Kami mengolahnya menjadi tumis atau oseng-oseng cukup pedas. Bukan hanya enak sekaligus juga memiliki nilai gizi yang memadai.

Foto Genjer Rawa Pening (Dokumentasi pribadi)
Foto Genjer Rawa Pening (Dokumentasi pribadi)

Menurut publikasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, setiap 100 g Genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1,7 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 7,7 g, serat 0,95 g. Memiliki mineral semisal kalsium 62 mg, fosfor 33 mg, zat besi 17.97 mg, kalium 300,46 mg, natrium 3,13 mg, magnesium 2,81 mg, zn 1,28 mg dan tembaga 0,613 mg.

Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan bunga Genjer terdapat zat kardenolin, flavonoida, dan polifenol. Asupan protein menjadi bagian peremajaan sel baru. Paduan protein, karbohidrat, dan lemak menyediakan energi. Kandungan besi membantu menjaga kadar Hb darah.

Keberadaan kalsium dan fosfor membantu penguatan tulang dan persendian. Pun serat membantu pencernaan, mencegah kanker kolon. Tidak keliru kan kalau kami warga sekitar rawa suka mengudap Genjer sebagai varian sayur keseharian.

Entah mengapa sayuran daun Genjer ini dilekatkan pada strata masyarakat 'miskin'. Hingga naas lagu rakyat Genjer-Genjer sempat dilarang pada masanya karena diindikasi propaganda partai terlarang. Terlepas dari isu politik, saya pribadi melihat sayuran Genjer sebagai bagian dari kedaulatan pangan.

Sekian tahun lalu bermimpi, andai saja ada pelopor yang memasukkan sayuran daun Genjer ke supermarket. Eh ternyata kini sering melihat tampil eksotis di gerai super market kota besar. Para koki mengolahnya jadi masakan ala hotel berbintang, pastinya si Genjer akan tampil molek serasa naik kelas.

Namun saya lebih suka biarlah si Genjer tampil apa adanya asal tidak disiya-siya. Tidak disia-siakan sebagai produk kelas rendahan. Biarlah menjadi wujud kemandirian masyarakat dalam pemenuhan sumber pangan sayur.

Nah kalau kita ke Kalimantan mari jangan lupa mencicip sayur tumis Kelakai (Stenochlaena palutris). Sayuran lokal yang banyak tumbuh di ekosistem gambut. Saya mencicipnya di Sekadau, Kalimantan Barat. Berdasarkan kenampakannya biasa dikenal Kelakai atau Kalakai hijau dan merah.

Foto Kelakai (sumber rri.co.id/palangkaraya)
Foto Kelakai (sumber rri.co.id/palangkaraya)

Menurut publikasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah, pucuk Kelakai ini kaya dengan zat gizi. Kelakai merah mengandung Fe yang tinggi (41,53 ppm), Cu (4,52 ppm), vitamin C (15,41 mg/100g), protein (2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat (11,30 ppm).

Masyarakat lokal memaknai etnobotani Kelakai sebagai tanaman pangan dan tanaman obat. Keberadaan zat besi untuk menangani gangguan anemia dengan meningkatkan Hb darah, pelancar produksi ASI bagi wanita melahirkan. Beberapa memanfaatkannya untuk penurun demam dan obat kuat.

Pelaku UMKM mengubah potensi lokal Kelakai dengan apik. Dibuatnya menjadi keripik Kelakai sehingga tampil dalam kemasan cantik. Menjadi oleh-oleh unik dari kawasan lahan basah Kalimantan.

Keripik Kelakai (sumber: Nor Aina/Tribunkalteng.com)
Keripik Kelakai (sumber: Nor Aina/Tribunkalteng.com)

Wasana Kata

Kesadaran pemeliharaan lahan basah menjadi tanggung jawab bersama. Setiap kita dapat mengambil bagian melalui aneka cara, meski kadang terlihat sangat mini. Genjer dan Kelakai, pangan lokal dari ekosistem lahan basah. Kiranya boleh menjadi ungkit pijakan kesadaran yang mengungkit tindakan nyata atas lahan basah.

Selamat Hari Lahan Basah Sedunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun