Museum Manusia Purba Sangiran berlokasi di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Menjadi komponen dari Situs Sangiran. Sangat mudah dijangkau dilalui jalur Solo-Purwodadi.
Selaku pemblusuk penyuka cagar sangatlah berarti mengunjungi Museum Manusia Purba Sangiran ini. Andai waktu memungkinkan dapat mengunjungi beberapa museum penunjang di kawasan Situs Sangiran ini. Ada kluster Dayu, Ngebung maupun Bukuran.
Pintu gerbang kawasan Museum Manusia Purba Sangiran berpenampilan unik. Sepasang gading gajah purba yang saling bertautan. Pengunjung disambut pelataran yang luas sejuk. Museum ini dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
Mencari penanda Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO, mendapatinya di bawah pohon beringin. Papan nama mini berlatar akar gantung terlihat eksotik. Kunjungan bulan Juli 2017, terlupa harga tanda masuknya.
Untuk mendapatkan gambaran dan pembekalan, mari mengikuti sajian film di ruang theater. Tidak mengenal waktu tayang. Seberapa pengunjung bergabung dapat menikmatinya. Mendapat gambaran teba luasan juga sejarah dan perkembangan situs. Museum menjadi tempat belajar mengenal situs peradaban budaya.
Pembangunan lokasi museum dipikirkan secara seksama. Dipilih kawasan dengan lapisan tanah yang tidak mengandung fosil. Tanah berumur 1,8 juta tahun yang berasal dari erupsi G. Lawu purba.
Arsitektura bangunan ditata fungsional sesuai kaidah museum. Mempermudah pergerakan yang mengalir juga mengandung filosofi peradaban budaya. Pengunjung dapat belajar dengan panduan yang tersedia. Dapat pula minta pendampingan petugas sehingga mendapat penjelasan yang memadai.
Bersyukur atas segala keterbatasan pemahaman. Sehingga hanya mencicip sebagian kecil dari aneka keajaiban kehidupan yang tersaji di museum ini. Semakin kagum dengan kerja keras aneka pihak mulai dari arkeolog, geolog, antropolog, budayawan hingga ahli museum.
Museum Manusia Purba Sangiran menampilkan dokumentasi peristiwa geologi. Perubahan dari muka bumi kawasan yang semula datar. Mendapat gaya tekanan dan pengangkatan menjadi semacam gundukan kubah. Diikuti dengan erosi dan pengikisan menghasilkan cekungan. Menyimpan aneka fosil kehidupan.
Berlanjut dengan dokumentasi temuan perubahan fauna. Mulai dari variasi hewan bertanduk. Hingga kuda sungai di kaki gunung Lawu. Temuan paling banyak adalah fosil binatang berukuran besar.