Sila mampir: Bukit Kelam, Monolit Kaliber Dunia di Sintang, Kalimantan Barat
Ditengarai merupakan sisa dari perbukitan kapur atau gamping. Bagian tersisa dari sumber daya alam gamping yang digunakan untuk beberapa keperluan. Diantaranya terkait dengan aspek sejarah pembangunan keraton Ngayogyakarta oleh Sultan Hamengku Buwono I.
Juga ditambang untuk memenuhi keperluan industri gula tebu. Mengingatkan proses penggunaan kalsium oksida untuk penjernihan nira. Nah tersisa bagian berupa gunung batu yang kini dikonservasi.
Masih berkaitan dengan aspek sejarah keraton, keberadaan bukit gamping juga tidak terlepas dengan unsur mitos. Kesetiaan punggawa labuh negeri. Kini melekat pada tradisi upacara adat Saparan Bekakak, bagian dari aspek kultural budaya.
Upacara Adat Saparan Bekakak berlangsung pada bulan Sapar (kalender Jawa). Disimbolkan dengan penyembelihan Bekakak yaitu sepasang boneka pengantin Jawa terbuat dari  tepung ketan yang diisi gula merah. Kontekstualisasi kesatuan kehidupan manusia dengan alam.
Saat blusukan selaku pengunjung tunggal lumayan dapat mengeksplor. Mengangguk kecil kepada staf Balai Konservasi. Semoga hanya sepi karena masa pandemi. Sayang kalau sumber belajar cagar alam ini kurang diminati.
Kompleks ini kini dikelola sebagai Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Gamping. Konsep yang dikembangkan adalah eduwisata dan wisata sejarah. Menyatu di kompleks, sebagai pusat adalah monolit batuan gamping yang berpagar. Berterakan papan penjelasan sejarah Bukit Gamping.
Gedung perkantoran berada di belakangnya. Juga pendapa terbuka untuk aneka keperluan. Sangat rindang dengan aneka tanaman. Berpapan nama tumbuhan, semisal ada Sawo Kecik, Sawo beludru dll.