Kemarau dan penghujan hadir bergantian. Masing-masing membawa kisahnya. Menikmati setiap musim berdamai dengan alam. Kemarau, jajaran hari tanpa hujan. Cerita dalam melodi kemarau.
Melodi  Kemarau
Indonesia mengenal dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Tatanan lama, musim penghujan di rentang okmar Oktober – Maret dan kemarau yang asep alias April – September sering bergeser. Antara kemarau, labuhan, penghujan, mareng saling berkejaran kadang bertumburan.
September kala lama adalah peralihan kemarau ke labuhan, awal transisi ke masa penghujan. Sering dicandra sebagai bulan asat-asating sumber (mata air mengering). Â Tampilan pepohonan meranggas, seolah alam bersurat berkirim tanda.
Bagi generasi kami akan terkenang dengan lantunan sendu seraya menadah harap dari lagu Kemarau…. Cerita kemarau dikumandangkan oleh Prambors Band dengan pengarah musik Mochamad Noor Aroembinang.
Tiada ranting yang rimbun, daunpun berguguran. Mata air pun kering, tiada titik embun turun. Saat itu kemarau yang datang, hati gersang dan berdebu. Curah hujan tiada turun membasahi jiwa ini….
Tiada pohon yang rindang, tempat berteduh diri. Air mata pun kering, suara hati pun membisu. Saat itu kemarau yang datang, cita hati t’rasa sendu. Cahya mentari t’rasa panas menyinari jiwa ini…
Ref:  Kapankah mendung datang mengalun, mengusir kemarau kali ini. Tapi sabarlah diri menanti pasti kemarau pergi berganti……
Lirik yang indah bermakna. Melodi yang menyentuh mengikat sukma. Merangkum pernyataan sebab akibat. Sebuah siklus yang utuh, pun selalu ada harmoni saling berpadanan.
Mari tengok bagian refrain. Mendung…. siapa tak kenal, fase ini sering bikin kesal entah ibu rumah tangga penjemur pakaian. Fotografer yang ingin mengabadikan keelokan alam dengan menggambar cahaya. Penjual es yang khawatir pembeli surut.
Dalam lirik tersebut mendung sungguh dirindu. Kapankah mendung datang mengalun, mengusir kemarau kali ini….. Ooh mendung yang memicu kesal menjadi sangat dirindu saat kemarau. Hanya mendung pasangan pengusir kemarau untuk pergi berganti.
Lirik dan melodi yang sarat pesan. Cocok sebagai nyanyian ekologis. Ranting, daun, pohon, debu, mata air, air mata, embun. Kemarau, hujan, mentari mendaras siklus hidrologi.
Melodi kemarau sebagai nyanyian hati. Hati gersang, suara hati membisu, cita hati sendu, lengkap sudah melodi hati. Kamarau nan galau.
Senada dengan prisma pranata mangsa. Awal September bagian dari mangsa ke 3. Periode 18 Sept-13 Okt termasuk mangsa kapat (ke 4). Mangsa ini dicandra waspa kumembeng jroning kalbu (air mata menggenang dalam kalbu) bagian kesedihan yang tak terungkap.
Eits... September dan kemarau bukan melulu sendu. Mari ingat September ceria yang disenandungkan si burung camar, mbak Vina Panduwinata. Nah kan, melodi September berpasangan antara sendu dan ceria. Begitupun melodi kemarau bauran suka cita dan pilu yang saling melengkapi.
Mendapat kejutan bingkisan dari sahabat berupa cakram padat bertajuk Definitive Collections dari Prambors Band. Cakram merah maroon cantik dengan tembang-tembang apik dan…tralala lengkap dengan tanda  tangan penyanyi asli lagu Kemarau, Bang Eben Hutauruk.
Gegara sahabat, narablog Mas Guskar Ki Dalang Wayang Slenca yang penulis produktif. Beliau menunjukkan artikel blog kebun menyoal kemarau kepada Bang Eben. Cerita kemarau yang menjadi kenangan apik.
Embun kebun kemarau
Kemarau, saat tiada titik embun hingga mata air kering mewujud dalam banyak hal. Kemarau berupa ketiadaan air melimpah. Mengajarkan kepada manusia bagaimana menabung air hujan untuk persediaan saat air bersih langka.
Kemarau dapat merupa pada asatnya kasih sayang. Membuat hati gersang dan bercita rasa sendu. Perhatian kasih sayang dirindu layaknya embun yang membasahi jiwa.
Wujud lain adalah kemarau tersendatnya aliran rezeki. Pasokan aliran tidak seperti biasanya. Entah oleh kemarau kehilangan pekerjaan. Atau tetiba rezeki mengalir ke luar tanpa terkontrol. Â
Ada kalanya kemarau berupa menguapnya kepercayaan diri. Merawatnya menjadi bagian dari kesejukan dan rasa tenang teduh. Usapan dukungan pemulihan kepercayaan ini ibarat merawat tunas menjadi ranting rimbun.
Kemarau kehidupan yang membuat hati gersang dan berdebu juga cita hati t’rasa sendu. Hanya satu kerinduan kapankah mendung datang mengalun. Hanya saat hati dimampukan memandang mendung sebagai anugerah yang mengalun itulah saat kemarau pergi berganti.
Selamat menikmati melodi kemarau dalam diary harmoni syukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H