Melongok pekarangan pagi hari terlihat bulir air menggantung di daun binahong. Ooh... bagai air di daun binahong.... Bukankah biasanya 'Bagai Air di Daun Talas' pepatah yang menggambarkan orang yang tidak memiliki pendirian teguh.
Manusia adalah pembelajar alam yang adaptif. Air di daun Talas tidak mampu menempel kuat tapi bergerak ke sana-kemari. Hal itu disebabkan karena permukaan daun talas dilapisi semacam zat lilin yang bersifat menolak air.
Gemerlapan butir air di daun binahong sangat mempesona jadilah memaksa judul, bagai air di daun binahong. Pekarangan mini menyediakan aneka pembelajaran. Amatan sederhana merambatkan daya kejut sel-sel kelabu membujuk kalbu.
Embun kebun merupa dalam air di daun binahong. Memercikkan keindahan pagi hari. Mengulik ingatan perjalanan air. Pastinya sebutir embun kebun yang tiada sia-sia walau sementara keberadaannya.
Bagaimana kelanjutan kisah butir air yang menggelantung pada daun binahong? Tersedia aneka skenario kelanjutan sebulir air.
Tetiba hinggaplah burung mungil di pokok binahong. Mencucukkan paruh ciliknya, menyesap kesegaran bulir air. Menuntaskan rasa dahaga dan kembali terbang melanjutkan keceriaan hari baru.
Butir-butir air tersebut dengan kehangatan sinar mentari akan menguap. Membubung tinggi meningkatkan kelembaban atmosfer. Pada saatnya nanti akan berkumpul menjadi awan tebal yang sarat kandungan uap air. Kembali jatuh ke bumi sebagai air hujan. Menjadi bagian siklus air hijau (green water).
Skenario lain, butir-butir air yang menggantung ini pada saatnya akan jatuh ke pangkuan bumi. Menambah kandungan air tanah. Bila air tanah jenuh dia akan bergerak bersama kawanannya baik melalui permukaan tanah maupun air bawah tanah, mengisi badan-badan air.
Dengan tak kenal lelah menempuh ribuan kilometer menuju samudera lepas seraya memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Meliuk mengikuti jalur siklus air biru (blue water). Meski tak jarang karena kekurang bijaksanaan kita kiprah positifnya menyimpang menjadi bencana yang menakutkan.
Butiran air yang menjadi komponen dari daur hidrologi yang kompleks. Tiada sebulir airpun yang tidak membabar makna. Memberikan guna secara langsung pun harus mengikuti proses siklus. Bulir embun bagian dari lingkungan semesta.
Amatan selintas bulir air di daun binahong tetiba mencuatkan gambaran ajang kepenulisan di Kompasiana. Betapa platform blog bersama Kompasiana layaknya kebun dengan aneka daun tumbuhan. Setiap artikel ibaratnya bulir air yang menggelantung.
Weladalah penggambaran ala simbok kebun. Mohon dimaafkan bila tidak berkenan pun tidak cocok. Memaknai kemanfaatan setiap kesempatan menjadi bagian kesejukan.
Betapa setiap bulir air memberikan makna dengan cara dan jalannya sendiri-sendiri. Tiada yang sia-sia. Setiap bulir adalah berharga. Bulir artikel yang diracik dan dinikmati dengan hati terbuka.
Selamat menikmati embun kebun keseharian di sekitar kita. Kerlip dan tetes segarnya menyentuh kehidupan. Menyesap dari bulir yang diperjumpakan. Selamat berakhir pekan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI