Mas Endi Aras menjelaskan, bagi beliau gasing memiliki nilai filosofis yang mendalam. Keseimbangan dalam artian yang sangat luas, seimbang jiwa raga, seimbang tata nilai. Â "Keseimbangan dalam keberagaman Gasing Indonesia"
Beliau mengupas tuntas dalam buku Gasing Indonesia karya Endi Aras. Buku yang dilaunching di event Pameran Permainan Rakyat Nusantara, inisiasi Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya yang diselenggarakan di Lawang Sewu, Semarang. Lanjut pameran di rumah Sitinggil.
Tidak dinyana ternyata empunya rumah Sitinggil adalah alumni kebun. Weladalah dunia seluas daun kelor kata pepatah. Obrolan makin gayeng kala Mas Rudy Salam, aktor asal Salatiga menimpali.
"Mari simak, saat gasing diam posisinya miring menyandar. Begitu ditarik tali secara pas, dia berputar seraya berdiri tegak. Begitupun dengan komunitas bahkan bangsa ini, harus dinamis berputar terus agar dapat melaju dan berdiri tegak. Dinamis dalam keseimbangan"
[Simbok kebun membatin. Gasing kesejahteraan berputar saat keseimbangan antara laju pengusahaan ekonomi produksi dan pemeliharaan lingkungan terjaga] Jadilah mengobrol tentang gasing dengan gayeng di undhakan (tangga) pendapa rumah Sitinggil, Muncul-Banyubiru-Semarang.
Gasing dan Warisan Budaya
Menurut para ahli, permainan gasing termasuk generasi permainan sangat tua dan berakar dalam budaya Nusantara. Terbukti banyak terdapat pada situs arkeologi. Terlihat revolusi ragam gasing antar masa.
Merunut jejak digital dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, terlihat 22 entri ajuan. Berawal dari tahun 2010 ajuan gasing KepRi dari Kepulauan Riau dengan domain Tradisi dan Ekspresi Lisan. Data teranyar tahun 2021 adalah ajuan gasing Lombok dari Nusa Tenggara Barat.
Penetapan dari ajuan membutuhkan persyaratan dan kajian yang njlimet komprehensif. Lah simbok kebun hanya penggembira tanpa mampu mencerna. Contohnya ajuan gasing KepRi pada tahun 2010 baru lolos penetapan pada tahun 2016.