Produksi suara, kejelasan artikulasi, mengoptimalkan warna suara yang dimiliki adalah komponen keterampilan berbahasa berbicara. Bagaimana seni meramu kapan ngegas kapan kalem mengolah rasa pendengaran audien. Mengelola presentasi dari rasa bosan audien.
Layaknya dalang yang setia pada paugeran pakem lakon. Begitupun penjaji presentasi menggunakan acuan materi presentasi atau konten yang sudah dipersiapkan dengan matang. Termasuk dengan agihan waktu, sangat tidak enak saat presentasi molor pada bagian tertentu dan alur pikir materi terputus.
Kejelian memilih gaya bahasa disesuaikan dengan tujuan presentasi dan karakteristik audien. Pemilihan diksi yang digunakan untuk menyapa dan mempengaruhi pendengarnya. Pemilihan gaya bahasa yang tepat menciptakan perasaan hati yang khas.
Apalagi dibantu dengan nada suara. Memperjelas penyampaian informasi. Meyakinkan pendengar yang semula ragu. Membuat ikatan rasa antara penyaji dan pendengarnya. Gaya bahasa merupakan salah satu keterampilan berbahasa berbicara meraih  rasa hati pendengarnya.
Keterampilan berbahasa yang tidak kalah penting saat presentasi adalah kemampuan menyimak. Menyimak merangkum ranah menghargai peserta. Melibatkan bahasa tubuh, ekspresi wajah pun indera pendengaran. Mendengar bukan hanya dengan telinga sekaligus menggunakan rasa hati.
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa lisan pasif. Banyak orang terkesan dengan cara penyaji menyimak dan merespon pesertanya. Menjadi penguat pembuhul rasa antara penyaji dan audien.
Kata Pemungkas
Sahabat Kompasiana, saatnya simbok undur diri.......
Encik Unik cantik berkebaya dipadu kain pelekat.Â
Makin terampil berbahasa, presentasi kian hebat memikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H