Beliau ini sebut saja mbak Putik. Berbekal secawan polen perolehan mbak sari dan kuwas. Mbak Putik menyibak kuntum marigold yang brindil. Mengoleskan serbuk sari ke putik. Yess, perempuan pengawin bunga.
Pada tanaman lain modelnya sedikit berbeda. Pernah berkunjung pada produsen benih cabai. Aha menarik, perempuan pengawin bunga cabai menyimpan polen atau serbuk sari pada sebentuk cincin. Tabung cincin dengan ujung runcing. Menjangkau putik bunga cabai yang sangat mungil, mengoleskan polen ke putik.
Bunga berjepit. Yuup ini oleh-oleh dari kebun produsen benih mentimun. Hasil karya perempuan pengawin bunga. Putik yang sudah diserbuki dengan polen terpilih oleh perempuan pengawin lanjut dijepit. Menghindari masuknya polen dari tanaman lain. Menunggu penyerbukan berhasil, membentuk buah mentimun dengan bejibun biji di dalamnya.
Produsen benih umumnya merekrut perempuan sebagai pengawin bunga. Polinator istilah teknisnya [penghulu tanaman sebut Bang Efte]. Para perempuan ini memiliki ketelitian dan kerajinan tinggi. Pekerjaan perempuan, mencermati penyerbukan. Bayangkan menyibak mahkota demi mahkota bunga pada satu tanaman.
Sebelum era pandemi pun, standar kerja para perempuan pengawin bunga ini mengenakan masker. Hembusan nafas secara langsung dapat menerbangkan sejumlah polen atau serbu sari yang berukuran lembut. Beberapa orang ada yang alergi terhadap polen.
Nah ini kiprah perempuan pengawin bunga. Saat menikmati segarnya mentimun, pedasnya cabai pun eloknya bebungaan semusim, mari ingat kiprah mereka. Terima kasih perempuan pengawin bunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H