Bukan cukup namun mencukupkan. Mencukupkan menaut makna penerimaan bagian syukur. Upaya sepenuh jiwa agar cukup dan memenuhi. Beberapa pemaknaan, amung ati (hanya hati) sebagai modal:
Sepenuh hati. Saat penantingan jelang peneguhan pernikahan. Bersediakah anda A menerima B sebagai suami dan B menerima A sebagai isteri? Jawaban ya dengan 99 persen hati, alamak pernikahan urung dilakukan. Ya dengan sepenuh hati.
Salah satu komponen dekorasi pada adat budaya Jawa dalam pernikahan adalah batang tebu dan cengkir, kelapa sangat muda. Perlambang tebu antebing kalbu alias hati yang mantab dan cengkir kencenging pikir (akal budi yang teguh). Semua terangkum dalam racikan tuwuhan alias tumbuhan.
Mari disimak: Doa dalam Sehelai Daun Kluwih
Menyatukan hati. Menyatukan dua hati bahkan dua keluarga bukan berarti menghilangkan identitas pribadu. Saling memaksakan kehendak bukan bagian dari menyatukan hati. Harmonisasi langkah menuju tujuan yang sama
Hati-hati. [Luput pisan kena pisan. Yen gampang luwih gampang. Yen angel angel kelangkung] sesuatu yang sangat rapuh diperlakukan dengan sangat hati-hati. Mengayuh bahtera rumah tangga mengarungi samudera kehidupan. Kebahagiaan, keutuhan keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga. Tan kena tinumbas arta. Tak terbeli oleh uang berapapun.
Mendengar lantunan tembang Asmarandana layaknya mendengarkan mantra. Terasa nyirep (menghisap meneduhkan) sekaligus merbawani (menebar aura wibawa). Penyiapan dan penerimaan tanggung jawab berumah tangga secara total.
Wasana Basa
Tembang macapat Asmaranda ini bagian dari tahapan penyiapan keluarga baru. Pemaknaan pembelajaran dari adat budaya yang kompleks. Penggunaan perlambang dan simbol kebendaan maupun ujaran. Nasihat tanpa kesan menggurui, melengkapi upaya persiapan menikah bagi sahabat Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H