Kompasiana yang baik, simbok kebun menitipkan catatan harian Melongok Cagar Budaya Pegadaian Tempel, Yogyakarta. Agar menjadi bagian cagar aksara yang tak lapuk oleh waktu. Monumen perjalanan lembaga perkreditan bangsa kita. Menghidupi nilai budaya sarana penguatan kepribadian bangsa.
Cagar Budaya Pegadaian Tempel
Mondar-mandir jalur Magelang-Yogyakarta, ingin menorehkan seutas catatan harian. Kali ini tentang Cagar Budaya Pegadaian Tempel.Â
Selaku pemblusuk tanpa selera khusus, mata selalu tergoda saat terlihat plang penanda cagar budaya. Apalagi lokasi sangat strategis mudah dijangkau di tepian jalan raya.
Jalur utama perjalanan dari Magelang, Jawa Tengah menuju ke Daerah Istimewa Yogyakarta, berujung di Kecamatan Salam. Disambut oleh tugu perbatasan antar Provinsi. Kita akan memasuki Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, DIY. Yup mudah diingat dengan Salam-Tempel.
Kantor Pegadaian berada pada bidang lahan dengan posisi sedikit di bawah jalan raya sekarang.
Kantor yang sekarang aktif, tepat menghadap jalan raya, menempati eks rumah dinas kepala pegadaian pada era lama.
Lubang loket nan mungil guna transaksi pinjaman dan barang gadai berharga berukuran mungil. Pada umumnya zaman lalu adalah perhiasan, logam mulian, kain batik berharga juga kadang tosan aji atau senjata berharga semisal keris.
Tentunya kehadiran juru taksir nilai agunan sangat vital. Masih ingat dulu ada tetangga yang berprofesi sebagai juru taksir. Masyarakat sekitar sering mohon bantuan beliau untuk nilai taksir barang berharga.
Nah untuk barang gadai yang berukuran besar tentunya membutuhkan pintu untuk lalu lintasnya. Saat itu sepeda onthel juga barang berharga dan memiliki nilai jaminan hutang. Dari lubang loket, kita masih dapat melongok ruang penyimpanan barang gadai.
Tentunya memiliki dasar historis sebagai pewarisan nilai budaya yang sangat berharga. Perjalanan Bangsa yang menghargai nilai luhur pendahulu menjadi penyemangat juang di masa kini dan masa depan.
Kantor Pegadaian Tempel, memenuhi kaidah penetapan sebagai situs cagar budaya. Bangunan yang mewakili masa gaya setidaknya berusia 50 tahun.Â
Mempunyai peran penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, serta memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Pernah ada gagasan membangun taman di depan bangunan utama di sisi Utara melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Tentunya bukan hanya menata taman namun dilanjutkan dengan pemeliharaan keberlangsungannya.
Tentunya kita cukup mengenal BUMN pegadaian dengan slogan mengatasi masalah tanpa masalah. Pegadaian memiliki sejarah yang panjang sejak zaman pemerintahan Vereenigde Oost-Indie Compagnie (VOC). Tercatat, tanggal 29 Agustus 1746 pendirian Bank van Leening di Batavia atas prakarsa Gubernur Jenderal Baron van Imhoff.
Proses yang tidak selalu mulus, terjadi perbedaan kepentingan dalam pengelolaan. Per 31 Desember 1799 Bank van Leening diambil alih oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Terjadi perubahan tata kelola semisal jenis barang yang dapat digadaikan dan masa gadai.
Bagaimana dengan lembaga pegadaian di Yogyakarta? Disajikan ringkasan ulasan Himawan Prasetyo, S.S. staf BPCB Yogyakarta.Â
Sejarah pegadaian di Yogyakarta bermula pada tahun 1913 yaitu pegadaian Ngupasan dan diikuti pegadaian Lempuyangan. Rentang waktu 1913-1914, berturut-turut didirikan kantor pegadaian (pandhuis) di seluruh wilayah Yogyakarta, termasuk di Tempel.
Pegadaian tidak hanya masalah perkreditan. Sejarah mencatat bahwa kantor pegadaian juga terlibat pada masa perjuangan kemerdekaan. Ada sejarah pemogokan pegawai merespon perbedaan perlakuan terhadap pegawai.Â
Terbentuknya Perserikatan Pegawai Pandhuis Bumiputera (PPPB). Bangunan kantor pegadaian Tempel juga menjadi tempat persembunyian pejuang-pejuang RI saat perang kemerdekaan.
Pasca kemerdekaan, kantor pegadaian cabang Tempel beroperasi hingga tahun 2002. Mengalami masa vakum selama 5 tahun.Â
Sejak tahun 2007 kantor pegadaian cabang Tempel kembali menjalankan fungsinya sebagai lembaga perkreditan. Menempati bekas rumah dinas kepala cabang pegadaian di sebelah Barat bangunan induk pegadaian cabang Tempel.
Catatan Harian dan Cagar Budaya
Cagar budaya terlahir dari catatan harian. Andai tidak ada pencatatan sejarah pegadaian. Juga peran dan kiprah kantor pegadaian Tempel, bagaimana penelusuran dilakukan?Â
Kurasi dari aneka catatan harian dengan metode validasi yang sesuai kaidah cagar budaya menghantar penetapan Cagar Budaya Pegadaian Tempel.
Kiranya semakin banyak warga masyarakat yang terpikat dengan Cagar Budaya. Menyesap pembelajaran dari kiprahnya. Menghidupi nilai budaya untuk penguatan kepribadian bangsa. Salam budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H