Setiap penulis bebas menjadi dirinya sendiri dalam meracik rasa bahasa. Ragam rasa bahasa yang akan memperkaya esensi berbahasa sebagai bagian komunikasi. Rasa bahasa puitis nyaman dengan gaya bahasa humor.
Bagaimana dengan simbok yang berwadag maya Limbuk dalam ber-Kompasiana? Simbok tidak malu menggunakan rasa bahasa kebun. Asal tetap merdesa yaitu layak, patut nan sopan.
Mari singgah di lapak:Â Limbuk Belajar Menulis di Kompasiana
Ngeyel tidak sungkan berteriak ala penghalau burung di sawah saat jelang panen. Menggunakan pakem yang kadang sumbang. Racikan bahasa yang semoga tidak terlalu menyimpang dari kaidah berbahasa.
Rasa bahasa simbok adalah bahasa kebun keseharian. Gaya ini pula yang dituangkan dalam ber-Kompasiana. Gaya bahasa nge-blog ala kebun menjadi bagian warna-warni Kompasiana.
Apakah menjadi ancaman rusaknya Bahasa Indonesia? Bagian dari sengkarut bahasa ngeblog? Hwaduh apa iya sih? Bahasa Indonesia, sependek pengetahuan simbok sangat akomodatif terhadap bahasa daerah termasuk kelokalan kebun.
Menyemai bibit cinta bahasa. Menyiangi kosakata gulma pengganggu. Menyuguhkan panenan ragam gaya bahasa menyapa pembaca sekaligus memperkuat elemen penciri diri.
Simbok dari lapak Limbuk kebun di Pujasera Kompasiana, menghaturkan apresiasi kepada pembaca Kompasiana yang berkenan singgah. Semoga tidak kapok eh jera mencicip racikan rasa bahasa kebun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H