Mari mencicip artikel: Belajar Rasa Bahasa di Kompasiana
Bersyukur di Kompasiana dapat belajar aneka gaya bahasa dari para penulis. Gaya bahasa menyapa pembaca melalui ramuan artikel. Ragam rasa manis membelai, gurih renyah, sedap mantap menyantap sajian hingga suapan terakhir.
Pembaca Kompasiana pasti merasakan aneka gaya bahasa antar penulis. Merasakan sapaan, meresponnya dari lambaian tangan persahabatan hingga betah berkali-kali melahap sajiannya.
Belajar mencecap rasa untuk evaluasi diri. Bagaimana ya mengemas rasa bahasa agar tidak terlalu hambar. Mengurangi sajian yang terasa alot menjadi lebih empuk. Mengemas artikel menjadi sapaan yang ramah pembaca.
Meracik rasa bahasa
Bakat atau pembawaan lahir kah rasa bahasa itu? Mengapa bagi beberapa orang berbahasa melagu indah sejak kecil? Hehe... itu cara simbok mengelak untuk berproses belajar. Memang ada faktor genetis, namun faktor mau belajar mestinya juga berkontribusi.
Hanya amatan selintas, mencoba menggali aneka cara meracik rasa bahasa. Semoga para pembaca berkenan menambahkannya melalui kolom komentar. Atau malah menjadi artikel unggahan.
- Penguasaan materi. Racikan bahasa akan mengalir lebih enak apabila penulis menguasai materi yang ditulis. Ajakan menulis yang disukai dan dikuasai menjadi sangat relevan. Penulis seolah tinggal mengeluarkan isi hati dan pikiran sehingga rasa bahasa menjadikan pesan lebih tersampaikan.
- Menikmati sajak. Sajian sajak memuat pesan mendalam dengan racikan rasa bahasa yang indah, kontemplatif, melodik, serta inspiratif. Menyadari tidak berbakat dan belum mampu menulis sajak tidak mengapa. Tersedia begitu banyak sajak yang dapat kita nikmati, kita serap rasa bahasanya.
- Menikmati lagu. Lagu juga merupakan naskah yang disajikan secara melodik. Perasan gagasan yang disampaikan dengan singkat, puitik dibarengi oleh nada. Mengulik syair lagu dilatar oleh lantunan nada, pendengar menyesap rasa bahasa.
- Belajar dari alam. Sesekali sahabat pergi ke alam, semisal hamparan sawah. Sahabat akan merasakan melalui indera penglihatan, penciuman, pendengaran. Kerisik daun padi tertiup angin. Cerecet malu burung gelatik yang malu ketahuan petani saat ia mencuri sebagian bulir padi. Apapun itu, mengasah kepekaan rasa bahasa.
Rasa bahasa elemen penciri diri
Tidak jarang seorang penulis dikenali melalui rasa gaya bahasanya. Gaya bahasa merupakan resultante, hasil ramuan pengalaman menulis. Diwarnai oleh latar belakang dan visi hidup sang peracik kata.
Rasa bahasa menjadi salah satu kekuatan pembeda antar penyaji artikel. Saling melengkapi pembaca untuk membentuk pemahaman yang lebih komprehensif. Memperkaya rasa bagi penikmatnya.
Ibarat penyajian soto ayam kampung di Pujasera, weladalah kembali ke hobi makan. Antar lapak memiliki kekhasan rasa. Penyantap soto dapat tetap menikmati masing-masing keunikan rasa. Keunikan yang menjadi penciri lapaknya.