Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Antara Rendang dan Coto Makassar, Budaya Leluhur Nusantara

15 Agustus 2020   22:21 Diperbarui: 16 Agustus 2020   11:07 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perlu juga ada cagar kuliner... terhadap masakan asli Indonesia seperti rendang dan jangan sampai dilupakan juga Coto Makassar" Demikian respon dan sundulan Kompasianer di negeri Paman Sam, pada artikel cinta cagar.

"Siap Daeng. Keduanya termasuk warisan budaya takbenda tingkat nasional Kemendikbud kategori Keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional. Untuk rendang, ditetapkan tahun 2013 dengan noreg 201300005. Sedangkan Coto Makassar pada tahun 2015 dengan noreg 201500277. Terima kasih Daeng, menginspirasi saya mengulik sedikit lebih"

Salah satu energi dari komen atas artikel. Menjadi inspirasi untuk mengulik informasi lebih lanjut. Nah ini disajikan status Rendang dan Coto Makassar dalam bingkai cagar budaya. Bonus bir pletok. Kuliner kaya filosofi kearifan lokal.

Perihal daftar warisan budaya menjadi tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Selain warisan budaya benda terdapat warisan budaya takbenda. Bermula dari pencatatan daftar hingga penetapan secara resmi.

Warisan budaya takbenda dikategorikan menjadi empat kelompok. Meliputi: (1) Keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional, (2) Seni pertunjukan, (3)Tradisi dan ekspresi lisan, (4) Adat istiadat, ritus, dan perayaan. Untuk kuliner masuk di kategori keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional

Rendang kekayaan budaya Sumatera Barat

Begitu beragam kekayaan budaya kuliner dari kawasan SumBar. Mari ambil salah satu yang mendunia yaitu Rendang atau Randang. Paduan daging, santan, aneka bumbu dan teknik memasak yang khas menghasilkan masakan yang menari di lidah penyantapnya.

Rendang, ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda tingkat Nasional pada tahun 2013 dengan noreg 201300005. Rendang bukan hanya milik masyarakat Sumbar, menjadi kekayaan warisan budaya yang dikenal seantero Nusantara. Bahkan merasuk pada perdagangan internasional.

Menanggap cerita sahabat dari SumBar tentang proses pemasakan Rendang selalu hadirkan decak takjub. Bukan hanya ketrampilan kemahiran namun terselip rasa kidmat yang sangat kentara.

Ilustrasi rendang (Foto:emak LJ, dok pri)
Ilustrasi rendang (Foto:emak LJ, dok pri)
Merangkum dari detik food, filosofi masakan Rendang diwakili oleh 4 komponen yang berpadu. Komponen daging adalah gambaran sosok sesepuh, "Ninik Mamak" tetua masyarakat yang sangat dihormati. Pemimpin kaum yang teruji keteladanannya.

Unsur santan yang memberi rasa gurih melambangkan 'Cadiak Pandai' atau cendekiawan. Pemberi tuntunan pemecahan masalah secara keilmuan. Ilmu kehidupan yang diperas dari pengetahuan dan kearifan.

Rasa pedas yang tegas dan pas, berasal dari lado alias cabai. Wujud filosofi sosok alim ulama atau agamawan yang tegas, serta fokus dalam menegakkan kebenaran.

Kelezatan rendang ditopang oleh aneka bumbu. Ada rimpang jahe, lengkuas, berpadu dengan umbu bawang, buah cabai, pala serta bebijian semisal jintan. Keberagaman yang menggambarkan masyarakat.

Setiap komponen berpadu dalam belanga. Peran tetua, agamawan, ilmuwan dan masyarakat yang diaduk menjadi padu harmoni selaras. Pemasakan yang memakan waktu cukup lama. Proses panjang bukan instan sekejap.

Rendang juga mewujud dalam kepedulian. Saat terjadi bencana alam, rendang juga hadir menyapa sahabat yang berduka. Donasi lauk rendang yang awet menjadi salah satu pilihan.

Coto Makassar bukan hanya untuk pembesar

Ragam soto Nusantara luar biasa banyaknya. Hampir setiap wilayah memiliki kekhasannya. Begitupun Coto Makassar yang akrab dengan jerohan dan berkuah kental, gurih menggoda. Dilaporkan mempergunakan 40 ragam bumbu dan rempah Nusantara.

Coto Makasar (sumber:idntimes.com)
Coto Makasar (sumber:idntimes.com)
Konon sejarah Coto Makassar dicatat sejak Abad ke 16. Interaksi menu kerajaan dan masyarakat. Juga diwarnai oleh akulturasi kuliner Tiongkok. Disajikan dengan buras dari beras. Bukan hanya kelezatan untuk pembesar. Kini dapat disantap oleh siapapun. Keterbukaan, nilai kearifan budaya yang diusung oleh Coto Makassar.

Serasa belum sah hadir di Makassar tanpa menyantap Coto Makassar. Pastinya juga banyak disajikan di daerah lain. Coto Makassar bukan hanya milik masyarakat Sulsel, menjadi kekayaan warisan budaya yang dikenal seantero Nusantara. Maskapai Garuda menjadikannya sebagai salah satu pilihan menu.

Coto Makassar, ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda tingkat Nasional pada tahun 2015 dengan noreg 201500277.

Bir Pletok, kearifan lokal Betawi

Usai menyantap Rendang juga Coto Makassar yang lumayan berat. Mari coba kuliner yang lebih ringan rasanya. Minuman hangat atau dingin? Bagaimana kalau segelas bir pletok sebagai penutup.

Bir apa yang tidak membuat mabuk? Bir pletok tentunya. Minuman yang lekat dengan rakyat. Sekumpulan peronda yang menjaga keamanan memerlukan minuman yang menghangatkan dan menjaga stamina.

Ilustrasi bir pletok, khas Betawi. (SHUTTERSTOCK/ARIYANI TEDJO)
Ilustrasi bir pletok, khas Betawi. (SHUTTERSTOCK/ARIYANI TEDJO)
Diraciklah minuman yang berasal dari campuran aneka rempah. Jahe, cengkeh, biji pala, kapulaga, kayumanis, sere, daun pandan. Estetika tampilan diungkit dengan warna merah menyalakan semangat. Berasal dari pewarna alami serutan kayu secang.

Racikan rempah untuk bir pletok khas betawi.(KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)
Racikan rempah untuk bir pletok khas betawi.(KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)
Zat warna merah yang terkandung dalam kayu secang (Caesalpinia sappan L.) , dikenal sebagai senyawa golongan brazilin yang bersifat antioksidan. Selain itu kayu secang juga diketahui bersifat anti bakteri.

Imajinasi suara pletok saat toewan Belanda membuka botol bir, menjadi inspirasi penamaan bir pletok. Minuman lokal kaya manfaat sarat kearifan lokal. Tak lekang oleh zaman, kontekstualisasi penyajian selaras zaman. Kini cukup banyak hotel yang menyajikan bir pletok sebagai minuman selamat datang sambut tetamu.

Nah, bir pletok mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda tingkat Nasional pada tahun 2014 dengan noreg 201400127. Pengusungnya adalah Jakarta.

Nah inilah Rendang, Coto Makassar serta Bir Pletok bagian dari cagar kuliner. Warisan budaya takbenda tingkat Nasional. Masih banyak jenis kuliner lain yang juga mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda. Keberadaannya dilindungi oleh perundangan.

Mari bergiat perkenalkan dan rawat kelestarian menu lokal. Bagian dari kekayaan budaya. Racikan khasiat yang tertata secara logika, disajikan memenuhi kaidah etika dan estetika. Serta memuat filosofi harmoni.

Salatiga, 15 Agustus 2020. Salam kuliner Nusantara. Selamat berakhir pekan.

Sumber: (1), (2), (3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun