Kurikulum disusun oleh subyek penyedia pendidikan. Peserta didik mengikutinya hampir tanpa kebebasan memilih. Pilihan kemampuan juga disediakan oleh pengelola. Â Tanda keahlian diberikan setelah penguasaan sekian persen perangkat kemampuan, disahkan dengan selembar ijazah.
Setelah dinyatakan sebagai ahli pertanian, lulusan bebas memilih bidang yang ditekuni sebagai profesi. Ada ahli pertanian di ranah birokrat, teknokrat, perbankan, apapun juga. Bukan jaminan seorang ahli pertanian sekaligus petani ahli.
Sebagian terjun ke dunia pertanian secara langsung. Terdapat irisan menyatu antara petani ahli dan ahli pertanian, seturutdengan diagram Venn. Menjadi petani dengan aneka predikat penjelasnya.
Bagaimana merajut sinergi petani ahli, ahli pertanian dan pendidikan pertanian? Nah ini ranah yang sangat luas sangat terbuka diskusi. Sementara saya kosongkan bagian ini. Ketersediaan petani ahli dan ahli pertanian saja belum mampu menjadikan pertanian sebagai pilar kokoh pembangunan ekonomi.
Kompasianer petani ahli
Untuk mendaratkan konsep petani ahli, mari kita telaah dari kiprah sebagian kompasianer. Meski pengenalan saya terhadap kompasianer melalui karya-karya yang disajikan, masih terbatas. Terasa begitu banyak petani ahli yang berKompasiana. Jika kali ini disajikan satu kompasianer petani ahli, sungguh bukan berdasarkan urutan tertentu. Mari anggap saja terambil sample secara random.
Membaca karya-karya beliau, terasa sekali bagaimana sosok petani ahli sekaligus ahli pertanian. Beliau memiliki sebutan Mbah Ukik dari lereng Gunung Bromo. Aneka profesi beliau geluti sebagai pendidik, seniman, budayawan juga petani.
Nah sebagai petani ahli, mari simak sebagian kompetensi keahlian yang beliau sandang. Tentunya selain kompetensi teknikal yang menjadi modal dasar petani ahli.
Kompetensi manajerial. Salah satu aspek manajerial adalah menentukan skala usaha. Beliau menjelaskan aset tidak harus dibangun dari kepemilikan lahan. Menjadi Petani Tak Harus Memiliki Sawah. Ini penjelasannya.
Untuk memperluas skala usaha beliau melangkah sebagai petani penggarap, merangkul pemilik sawah dan pekerja dalam kemitraan melalui pola bagi hasil. Penerapan paradigma perusahaan pertanian. Â