Antara bubrah dan brubah
Menunda pembahasan brubah menjadi bubrah. Mari menggunakan pola angan berubah secara positif. Berubah ke arah perbaikan bisa dilakukan melalui berbagai cara:Â
(1) poles ulang, kerusakan fungsi dan sistem yang relatif mudah dikembalikan ke sifat asal. Penanda perubahan permukaan sebagai cara perubahan yang paling sederhana. Â Setiap komponen masih berfungsi baik dan bersedia ditata ulang.
(2) tambal sulam, ada penyesuaian bentuk maupun sistem. Proses recovery yang membutuhkan upaya lebih serta modifikasi. Juga kesediaan menerima hasil perubahan yang belum tentu kembali ke sifat asal. Ada modifikasi dalam proses dan hasil perubahan. Â
(3) dibubrah, yah harus dibubrah untuk mendapatkan kebaikan yang berharga. Dilakukan untuk perubahan yang bersifat mendasar. Struktur dasar dihancurkan untuk kemudian dibangun dengan struktur yang diinginkan. Yah ini menjadi pemaknaan indah bubrah tuk brubah.
Dari diskusi komen, terselip situasi kekinian. Bubrah dikaitkan dengan 'ambyar'nya Mas Didi Kempot. Ambyar yang tidak mengkin kembali ke bentuk awal. Namun ambyar yang dibarengi dengan kesediaan diri dibentuk menjadi sesuatu yang lebih mulia.
Keseharian kehidupan berada dalam neraca harmoni brubah-bubrah. Kadang neraca berayun ringan, ada kalanya berayun keras sehingga gejolak bubrah dan brubah sangat terasa bahkan menyakitkan. Terasa terbanting dan disusun ulang menjadi baru secara paksa.
Brubah jadi bubrah atau bubrah tuk brubah menjadi lebih baik. Mari pilih utamakan perubahan menjadi lebih baik, meski kadang harus melewati fase bubrah. Apakah yang sedang bubrah tuk brubah pada diri  dan lingkungan sekitar sahabat pembaca Kompasiana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H