Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Pelajaran Kesusastraan

28 April 2020   22:27 Diperbarui: 28 April 2020   22:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Puisi itu menari, prosa itu jalan kaki (John Wain, 1976)" Demikian kutipan yang terdapat di Rumah Puisi Taufiq Ismail di Nagari Aie Angek Padangpanjang. Menari, ya puisi meliuk dengan cepat dibarengi gerakan indah dalam penyampaian pesan.

Kesusastraan

Adakah pembaca Kompasiana yang mengalami kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari beberapa bagian. Ada sesi memahami bacaan. Jumpa sesi tata bahasa. Kemudian ada jam pelajaran khusus membahas kesusastraan. Haha, pasti yang manggut-manggut bagian dari generasi old, baby boomers.

Sesi pelajaran kesusastraan merupakan pelajaran yang umumnya disukai oleh siswa. Begitu banyak pengertian kesusastraan, namun yang melekat merujuk tentang karya dengan susunan bahasa yang indah. Para pembelajar disuguhi dengan bacaan yang berbahasa indah.

Membahas karya prosa roman. Meliputi karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Aneka roman lama karya Pujangga Baru yang dibahas. Sebelum era novel kontekstual kekinian.

Bagian lain membahas karya sastra puisi lama. Ada pantun juga gurindam. Banyak kami sebagai penggemar penggembira, namun begitu ada tugas membuat pantun, alamak angkat tangan. Dibutuhkan kepekaan rasa dan kecerdasan verbal linguistik. Tentunya dilanjutkan dengan puisi bebas, setiap siswa mengenal karya Chairil Anwar, "Aku"

Melalui pelajaran kesusastraan, minat para siswa teridentifikasi dilanjutkan pembinaan oleh para guru. Majalah dinding sekolah memajang karya mulai dari cerita pendek, puisi yang menjadi nyawa kanal fiksiana. Siswa yang lain lebih mengarah pada reportase maupun opini.

Kurikulum berkembang seiring dengan tuntutan zaman. Pastinya pengenalan kecintaan akan karya sastra tetap disemaikan. Termasuk penjaringan calon penyair.

Lesatan puisi antar masa

Setiap zaman memiliki tokoh puisi. Karya Taufiq Ismail maupun WS Rendra dikagumi banyak orang. Siapa tak kenal "Hujan Bulan Juni" karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono. Begitupun puisi karya penyair Joko Pinurbo (Jokpin) yang begitu inspiratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun