Tutug bermakna sampai akhir; kesampaian apa yang diinginkan. Tutug adalah sebuah proses yang bersendikan pada tatag ketangguhan menghadapi tantangan dan kemantapan pribadi yang teteg.
Petuah ini berlaku secara universal. Berlaku untuk bidang apapun juga tanpa batasan zaman. Juga melintasi sekat kesukuan bahkan bangsa.
Semisal, saat menemukan slogan ini dipasang di dinding suatu sekolah. Lembaga sekolah berikrar bahwa pendidikan bukan hanya sebatas proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, namun memasuki ranah pembentukan dan pengembangan kepribadian.
Biasanya, masih diikuti oleh T yang lain yaitu Tangguh, Tanggon, Tanggap. Hingga didapat 6T. Masing-masing karakter T, saling melengkapi. Tangguh berkenaan dengan daya juang. Tanggon, dapat dipercaya atau diandalkan.
Nah, kosa kata tanggap ini dapat dilihat dalam KBBI, (1) segera mengetahui (keadaan) dan memperhatikan sungguh-sungguh, (2) cepat dapat mengetahui dan menyadari gejala yang timbul. Menunjuk pada kesigapan respon.
Sifat dan sikap responsif yang melahirkan daya adaptasi, kreasi dan inovasi. Tidak hanya berpegangan pada pendapat sendiri. Mudah move on menurut bahasa kekinian dan berpikiran terbuka.
Tatag, teteg (bakal) tutug BerKompasiana
Senyatanya prinsip 3T atau malah 6T juga berlaku dalam banyak hal termasuk ngeblog lho. Bukankah kalau kita kurang tatag juga teteg, draft artikel tidak tutug. Artikel sudah rampung namun tidak tatag dan teteg tekan tombol terbitkan. Menumpuk dalam folder draf.
Setiap kompasianer yang bermain di ladang Kompasiana berbekal rasa teteg. Memiliki keteguhan dan kekuatan hati untuk menulis ataupun merespon tulisan sahabat lain. Kepercayaan diri yang bukan bersifat instan, dibangun dan ditempa oleh olah kemampuan diri.
Tatag, karakter yang dimiliki oleh warga Kompasiana. Tatag saat tekan tombol publikasikan. Tatag pula saat mendapat respon dari sahabat pembaca. Tidak jarang terjadi perbedaan pendapat. Diperlukan rasa tatag untuk memberikan dan menerima tanggapan.
Apakah rasa tatag meniadakan gamang? Tentunya tidak serta merta. Bersyukur begitu banyak sharing para sahabat pun sesepuh Kompasiana mengelola rasa gamang. Meminimalkan tidak berarti meniadakan.