Babak pembukaan yang unik. Suguhan tari jaranan dibawakan oleh sejumlah teruna. Paduan antara kerampakan, keluwesan dan kegagahan. Dinamis visualisasi semangat kawula muda.
Tengu merujuk pada tungau atau kutu, binatang sangat kecil, memiliki sengat yang menyakitkan. Ngawu-awu bisa bermakna unggul berada di atas. Menurut bausastra, kamus bahasa Jawa merujuk pada selalu bertanya asal usul.
Lakon yang memuat multi tafsir, mengajar tanpa menggurui, menegur tanpa menyalahkan. Mengajak penontonnya menyimak sari pembelajaran secara cermat dan kontekstual. Penghayatan peringatan Sumpah Pemuda yang apik cerdik.
Momen peringatan Sumpah Pemuda yang tak hanya sekedar menengok ke belakang menyimak sejarah 28 Oktober 1928. Memaknainya dalam dinamika pergerakan. Menghidupi dan menghidupkan inti sumpah dalam situasi hidup kekinian.
Penghayatan Sumpah Pemuda melalui kerja keras dan kerja cerdas. Mengelola alam hingga panen agung. Sumpah yang dibarengi dengan kerja mewujudkan kemakmuran bersama.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Terima kasih, sanggar seni Rama Wijaya, Gapoktan Prima Agung, Pokdarwis Kauman Kidul dan seluruh pendukung pagelaran ketoprak gabungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI