Kunang-kunang Rezeki
Cairan kopi yang melalui batang tenggorokan kita, melalui serangkaian proses panjang dari industri hulu hingga hilir. Merangkum produksi di lahan, di pabrik hingga peracik. Melibatkan banyak pelaku agrobioindustri kopi.
Banyaknya pihak yang terlibat juga diharapkan kopi menjadi sarana berkat kemakmuran bagi setiap komponen pelaku. Mulai dari pelaku di lahan beserta pendukungnya. Pelaku di sektor prosesing. Hingga sektor kedai kopi alias ujung tombak rantai akhir ke konsumen penikmat.
Bila saat First Wave Coffee, penanda utama adalah produksi masal. Fokus adalah inovasi kemasan, kepraktisan peyajian. Pelaku utama adalah industri besar dengan tumpuan strategi pemasaran. Tetesan rezeki hanya mencakup industri dan rantai pemasarannya.
Berikutnya era Second Wave Coffee. Penanda utamanya adalah munculnya coffee shop di kota besar semisal Starbucks. Menikmati menjadi gaya hidup baru. Terlihat sekat kelas masyarakat yang tebal. Nah tetesan rezeki juga terkonsentrasi. Ibarat lampu petromaks dengan daya yang cukup terang.
Kebangkitan Third Wave Coffee ditandai dengan maraknya kedai kopi kekinian. Pergerakan yang cepat menjalar hingga pelosok. Harga secangkir kopi cukup terjangkau dengan suasana yang instagramable dan gratis wifi.Â
Menjamurnya kedai kopi susu kekinian, merangkul banyak tenaga kerja. Umumnya berusia muda, dengan tingkat pendidikan memadai. Tak sekedar suka, mereka juga memperlengkapi diri dengan ketrampilan barista.
Yaak gelombang ketiga ini menarik cukup banyak gerbong pelaku usaha. Mulai dari gerbong penyedia jasa ketrampilan. Maraknya pelatihan barista bersertifikat. Profesi tukang racik kopi menjadi salah satu pilihan.
Bila dilihat dari ketinggian rasanya tebaran kedai kopi kekinian ini bagaikan kunang-kunang di hamparan sawah. Berkerlip di banyak tempat. Tidak sehebat nyala petromak, namun ada distribusi rezeki. Kunang-kunang rezeki dari kedai kopi kekinian.
Selamat menikmati secangkir kopi pencerita senja, produk gelombang ketiga. Rasakan binar cahaya kunang-kunang rezeki yang ditebarkan. Salam.