Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangga dengan Generasi Y dan Z yang Berkesenian Tradisional

16 Juni 2019   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2019   12:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Tera, guru tari menyemangati penari asuhannya (pewakil Gen Z) di belakang panggung (Dokumentasi pribadi)

Setiap generasi memiliki cara untuk menyerap, mempertahankan dan mengekspresikan krida berkesenian tradisional. Begitu sering antar generasi menyatakan keprihatinan tentang pewarisan kesenian tradisional. 

Generasi kini dikhawatirkan oleh generasi sebelumnya dan generasi kini mengkhawatirkan kesenian tradisional di tangan generasi berikutnya. Lah yang terjadi malah estafet kekhawatiran.

Sungguh ini bukan hasil penelitian dengan kaidah keilmuan. Menjawab sebagian pertanyaan masih berminatkah generasi Y dan Z pada kesenian tradisional. Atau lebih tepatnya bagaimana mengolah kesenian tradisional sehingga tetap relevan sesuai dengan zamannya?

Cuplikan krida Generasi Y berkesenian tradisional

Generasi Y, Gen Y atau generasi Langgas yang lazim disebut dengan generasi milenial. Pilahan kelompok demografi pasca Gen X. Meski tanpa batas waktu yang eksplisit, biasanya para peneliti mempergunakan generasi tahun kelahiran awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an- awal 2000-an. Anggap saja di rentang 1980 - 1995. Saat ini tahun 2019 mewakili generasi berusia 24-39 tahun.

Karakteristik khas generasi ini ditandai dengan akrab dekatnya mereka dengan komunikasi, media dan teknologi digital. Era digital mewarnai perkembangannya. Begitupan dalam berekspresi termasuk berkesenian tradisional.

Mengambil lahan pandang super mikro saat pagelaran kethoprak, salah satu wujud kesenian tradisional Jawa, pada tanggal 15 Juni 2019 kemarin. Mari simak bagaimana generasi Y ini berperan serta atau malah menjadi faktor penentu kelancaran pertunjukan.

Berbincang singkat dengan Mas Wikan Dwi Setyaji, SSn. Pedhalangan (25 tahun). Beliau adalah pelatih muda untuk kerawitan di GKJ Sidomukti. Semangatnya luar biasa, merangkul pangrawit pecinta seni gamelan aneka latar belakang usia. Dari remaja belasan tahun hingga Profesor yang bergabung.

Generasi Y dan Z (Sumber:voxpop.id)
Generasi Y dan Z (Sumber:voxpop.id)
Berbicara tentang waranggana atau swarawati yang juga terkenal dengan sebutan sinden, pastinya langsung teringat dengan Ibu Waldjinah yang melegenda. Atau Megan O'Donoghue, seniwati asal Amerika yang fasih berbahasa Indonesia dan menyinden menyihir pendengarnya. 

Nah kali ini berkenalan dengan mbak Kaesi Wulan, SSn. Kar (25 tahun) lulusan ISI Solo. Suara bening beliau berpadu dengan swarawati yang lebih senior mengawal pertunjukan. Mbak Kaesi aktif di beberapa sanggar.

Sebagai generasi yang akrab dengan media komunikasi digital, teman-teman crew komunikasi sangat berperan. Desain promosi hingga teknis pementasan digarapnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun