Bulan April selalu menghadirkan debar tersendiri bagi penyuka Taman Kebumian (Geopark). April menjadi awal harapan apakah pengajuan pengakuan UNESCO Global Geopark Network (UNESCO GGN) diagendakan dalam rapat penetapan. Tahun 2019 ini sebanyak 14 geopark dari seluruh penjuru dunia yang lolos seleksi dan dinyatakan layak menuju rapat penetapan.
Bersyukur Indonesia lolos dengan usulan Geopark Belitong, bersama sesama anggota ASEAN yaitu Filipina dengan Bohol Island dan Vietnam dengan Dak Nong. Mari bersama menopang harap dan doa semoga geopark Belitong lolos menjadi UNESCO GGN. Menambah perolehan pengakuan 4 UNESCO GGN yaitu Batur, Gunung Sewu, Rinjani dan Cileteuh.
Pengumuman 2019 New UNESCO Global Geopark Applications ini juga sekaligus meruntuhkan harapan beberapa geopark nasional kita semisal Geopark Kaldera Toba (GKT) di Sumatera Utara. Pemda Sumut melalui dinas pariwisata menjadikan GKT sebagai ikon wisata Sumut. Tetap berupaya memelihara anugerah dan meningkatkan layanan.
Geosite Tongging sebagai bagian dari Geopark Kaldera Toba
Geopark kaldera Toba (GKT) mencakup area danau Toba dan daerah sekitarnya. Komponen geopark meliputi diversitas (keragaman) geologi, keragaman flora fauna dan keragaman budaya. Keragaman geologi di GKT ini sungguh luar biasa. Danau dengan panjang 100 km, lebar 30 km dan kedalaman 505 m ini merupakan danau terbesar di Indonesia.
Berada di kaldera gunung berapi Toba Purba. Letusan dahsyat yang menghasilkan kaldera cekungan yang akhirnya terisi air, inilah danau Toba. Proses geologis, memunculkan pengangkatan dasar kaldera di bagian tengah ke permukaan menjadi Pulau Samosir yang berada di tengah danau Toba. Secara periodisasi, kaldera Toba kini merupakan akumulasi dari 3 (tiga) letusan.
Berada diantara Bukit Barisan dan Samudera Indonesia, GKT memiliki keelokan alam yang beragam. Laboratorium geologi juga geomorfologi alam yang pastinya tak lekang dari mitologi alias aneka dongeng penyerta. Pun keragaman budaya dari suku Batak yang mengelilingi danau Toba.
Mengacu sebaran dan identifikasi singakapan batuan dan situs-situs geologi, Kaldera Toba terdiri dari 16 geosite yang dikelompokkan menjadi 4 (empat) Geoarea. Berdasarkan pertimbangan kondisi geografisnya, dipilah menjadi geoarea Kaldera Porsea, Kaldera Haranggaol, Kaldera Sibandang dan Geoarea Pulau Samosir.
Nah, berada di ujung Utara GKT adalah geoarea Kaldera Haranggaol yang terdiri dari beberapa geosite (situs kebumian). Salah satunya adalah Geosite Tongging Sipiso-piso.
Senyum Tersungging di Geosite Tongging
Serasa menjadi pintu gerbang memasuki GKT dari jalur Medan -- Berastagi -- Danau Toba. Geosite Tongging secara administrasi berada di desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Berada pada ketinggian 1400an mdpl dengan udara nan sejuk.
Selaku simbok kebun yang terprovokasi Pamannya si Poltak (kompasianer Felix Tani), tentunya tak melewatkan singgah di geosite Tongging saat berkesempatan macul di Siantar. Meski tak lulus pelajaran geologi dan saudaranya geomorfologi, secara awam masih bisa menikmati keelokan bentang lahan.
Melongok ke kanan terlihat air terjun Sipiso-piso, di hadapan terbentang birunya danau Toba. Balik punggung menatap gagahnya kerucut gunung. Daya pikat utama adalah keberadaan air terjun Sipiso-piso dan Gunung eh Bukit Sipiso-piso.
Air terjun berketinggian sekitar 120 meter ini menjadi air terjun tertinggi di Sumatera Utara. Terkenal menjadi obyek wisata di Kabupaten Karo. Bila pengunjung ingin merasakan langsung sejuknya air terjun, tersedia tangga menurun yang tertata rapi.
Debit air yang cukup besar menjadikan aliran sepanjang waktu antar musim. yang merupakan salah satu sungai menyuplai air ke Danau Toba. Semoga ikut menjaga ketinggian muka air Toba yang ditengarai kian menyusut.
Morfologi dinding atau tebing danau berupa bongkah-bongkah raksasa dari batuan dasar yang berumur Mesozoikum-Paleozoikum. Tersingkap akibat runtuhan kaldera pasca erupsi. Kini menghasilkan panorama bentang alam ujung utara Danau Toba di kawasan Ds. Tongging yang apik.
Gunung Sipiso-pisoÂ
Dari kejauhan Gunung Sipiso-piso berupa kerucut volkanik. Berada di wilayah kabupaten Simalungun merupakan hasil kegiatan volkanik. Gunung Sipiso-piso dikenal dengan Gunung Tandukbanua. Berupa leleran lava andesit, intrusi yang menembus batuan dasar yang terdiri dari endapan tuf yang lebih muda menghasilkan efek kontak bakar (backing effect) alias pemanggangan.
Bentang alam gunung Sipiso-piso terlihat menjulang seolah bukit tunggal di bentang ketinggian mendatar. Apalagi saat kunjungan kami mendapat bonus pelangi membusur dari gunung Sipiso-piso ke arah danau Toba. Seolah mewarta, kami kesatuan gunung Sipiso-piso, air terjun dan kaldera Toba membuhul geosite (situs kebumian) Tongging Sipiso-piso bagian dari geopark kaldera Toba. Sungguh senyum tersungging di geosite Tongging.
Lesson Learned dari Proses Menuju UNESCO GGN
Berkaca pada 2019 New UNESCO Global Geopark Applications yang belum meloloskan GKT dalam rapat penetapan, mari saatnya berbenah lebih baik secara holistik. Berdasarkan kajian komponen geopark membuhul keutamaan Geology diversity, Biodiversity dan Culture diversity.
Aspek lingkungan mendapat porsi tinggi. Kajian dan analisis dari banyak kompasianer tentang pengurangan debit, indikasi pendangkalan dan restorasi kawasan hulu merupakan pekerjaan berat dan membutuhkan komitmen tinggi. Dinamika ketinggian muka air danau Toba mengait pada banyak aspek kehidupan.
Medan bisnis daily menuliskan dengan lugas, ternyata toilet penyebab Geopark Kaldera Toba (GKT) belum lolos GGN UNESCO (13 April 2019). Adalah toilet dan warung makanan dengan sajian penganan khas lokal yang belum disediakan di sekitar geosite yang jadi alasannya. Bukan hanya pernyataan tersurat namun juga tersirat, edukasi penyiapan masyarakat setempat dan perilaku pengunjung. Integrasi budaya lokal sebagai kekuatan geopark.
Selintas singgah di geosite Tongging, tersedia toilet, keramahan petugas parkir cukup membantu. Papan penunjuk, dan fasilitas menikmati kawasan semisal keberadaan peta geopark, peta geosite, gazebo cukup baik. Bahkan tersedia spot dengan panorama yang indah.
Memuliakan warisan bumi (Celebrating Earth Heritage) dan menjamin keberlanjutan masyarakat lokal (Sustaining local Communities) merupakan sinergi yang harus hidup pada UNESCO global geopark. Bagaimana mengimplementasikan sinergi ini pada setiap geosite merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Melalui kerja keras, kerja sama dan komitmen semua bisa dilakukan demi kesejahteraan bersama dan bersahabat dengan alam. Memuliakan warisan bumi berupa air terjun Sipiso-piso, gunung Sipiso-piso si Tanduk Banua dan bentang alam tepian Toba sisi Utara. Menjamin keberlanjutan masyarakat lokal seputar geosite Tongging. Senyum Tersungging di Geosite Tongging. Semoga.
Serial Geopark (Taman Bumi)
Senyum Tersungging di Geosite Tongging, Geopark Kaldera Toba
Situs kebumian Goa Ngingrong, Komponen UNESCO Global Geopark Gunung Sewu
Pesona Dayang Bunting "Marble Geoforest Park"
Pesona Seruling Samudra dari Situs Kebumian Pantai Klayar Pacitan
Indonesia Memiliki UNESCO Global Geopark Terbanyak di ASEAN
Geowisata ke Taman Bumi Global Gunung Sewu UNESCO (Siung-Wediombo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H