Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Piknik Pingli Hulu Garang: Jarak Kepyar dan Capung

12 Maret 2019   23:47 Diperbarui: 13 Maret 2019   00:01 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piknik Pingli Hulu Garang (dok pri)

Aneka cara menikmati piknik. Bagi kami warga Salatiga yang menjadi bagian kawasan USA (Ungaran-Salatiga-Ambarawa) hampir setiap sudut kawasan memikat. Tergantung gaya piknik seseorang, pinggiran kalipun bisa jadi pilihan piknik menarik. Mari piknik pingli hulu kali Garang.

Nah, mari singgah di pinggir kali Garang hulu, tepatnya sekitar pasar tanaman Pingli di jalan Patimura Ungaran. Pasar tanaman, kawasan pedagang tanaman hias, batu kali hias dan ornamen taman. Bahkan tersedia semacam resto joglo Pingli. Suasana penunjang utamanya tentunya aliran kali yang tertata rapi.

Pingli (pinggir kali) (dok pri)
Pingli (pinggir kali) (dok pri)
Bentang alam dan meander sungai Garang

Mari tebarkan pandang ke bentang alam sekitar kali. Layangkan mata ke bagian hulu terlihat gagahnya G. Ungaran yang menjulang. Ke arah hilir terlihat punthuk, semacam bukit kecil melatar aliran kali Garang yang meliuk membentuk meander sungai. Aliran sungai yang secara bentang terlihat bentukan huruf S yang saling sambung.

meander mini kali Garang (dok pri)
meander mini kali Garang (dok pri)
Terutas tanya, mengapa ya koq sungai tidak membentuk aliran lurus dari hulu ke hilir? Bukankah garis lurus adalah jarak terdekat, agar aliran dari mata air segera bertemu muara? Kalau ada jalan pintas mengapa harus meliuk yang menambah jarak tempuh?

Ternyata aliran sungai tak setenang yang terlihat. Ada daya dorong gerak dari hulu ke hilir. Bersua dengan tentangan saat berjumpa tebing dengan batuan keras. Tak harus memaksakan arah, ada saat perlu berbelok di jalur batuan lunak agar air tetap mengalir. Jadilah meander, aliran sungai berkelak-kelok.

Sepanjang alirannya, sungai menjadi sarana berkah. Mulai dari sarana irigasi bagi petani, sarana transportasi, hingga rekreasi. Yang menyedihkan adalah saat sungai diperlakukan sebagai 'bak sampah' memanjang.

Jarak Kepyar dan Capung

Jarak Kepyar (dok pri)
Jarak Kepyar (dok pri)
Menuju tepian sungai kali Garang, terpikat dengan rumpun jarak kepyar (Ricinus communis L.). Tampilan buahnya sekilas mirip dengan buah rambutan dengan pola daun menjari. Teringat cerita ibu bapak di zaman penjajahan Jepang, masyarakat menggunakannya sebagai penerang malam. Masyarakat belajar dari alam tentang energi yang terbarukan.

Melewati hamparan sawah yang pada musim kemarau beralih rupa menjadi hamparan tanaman melon. Hamparan tanah sawah dengan penampakan tanah mulai meretak menyambut musim kemarau. Kinjeng, capung atau kami menyebutnya ndokiyik beterbangan di hamparan ini. Selain motif sayap batik, terlihat cukup banyak jenis capung merah kesukaan masa kecil kami.

Capung bioindikator ekosistem (dok pri)
Capung bioindikator ekosistem (dok pri)
Secara ekologis, keberadaan capung yang cukup banyak dan beragam merupakan bioindikator ekosistem yang masih sehat. Pada ekosistem yang tercemar jumlah maupun keragaman capung terbatas. Capung merespon perlakuan pengelola lahan atas input yang dicurahkan.

Terlihat tampilan tanaman melon yang memilukan. Hampir semua tanaman mengalami gejala layu mengering, beberapa sudah membentuk buah dengan ukuran yang lumayan besar dan siap rontok. Beberapa petani sudah alih tanaman dari bekas lubang tanam melon di dasar mulsa ditanami kangkung. Tak ada waktu jeda untuk meratapi si melon yang urung panen, beregas disumpal kangkung yang cepat dipanen untuk diuangkan.

Pingli Hulu Kali Garang

Tepian kali Garang menyedot perhatian saya untuk menyambanginya. Riuhnya lalu lintas di jalan raya berlatar G. Ungaran teredam oleh hamparan. Beberapa penduduk bergiat di batang sungainya, ada yang mengambil batu kali maupun pasir kali. Kali Garang menjadi sumber berkah bagi penduduk sekitar.

Hulu kali Garang berbagi rezeki (dok pri)
Hulu kali Garang berbagi rezeki (dok pri)
Pandangan ke arah hilir, kali Garang akan bertualang menelusuri kabupaten Semarang, Kota Semarang menuju ibunda lautan bebas. Melihat lebarnya bantaran kiri kanan sungai, mendapatkan gambaran sungai yang mengalir jernih tenang di musim kemarau ini berpotensi meluas alirannya di musim penghujan.

Nama kali Garang tak asing bagi kami, kali yang berhulu di lereng G. Ungaran, membawa muatan hingga ke laut Utara Jawa melintasi Semarang dengan nama yang sama yaitu kali Garang. Kali Garang menjadi urat nadi Kota Semarang, menjadi pemasok air yang diolah oleh PDAM Semarang. Kali Garang yang terlihat tenang namun bisa tampil garang.

Kali Garang menuju ke hilir (dok pri)
Kali Garang menuju ke hilir (dok pri)
Meski panjangnya dari hulu ke hilir hanya sekitar 30 km, alirannya bisa sontak garang berang. Eh dengan penataan apik kali garang di bagian hilir yang mengalir di dekat Sam Po Kong dapat ditata menjadi daerah wisata yang secara berkala menampilkan atraksi budaya sungai melalui Festival Kali Garang.

Open Lepen

Menelisik lebih lanjut mendapati gerakan 'open lepen' gerakan memelihara kali di areal ini sebagai wujud gerakan cinta sungai. Ada pula gerakan 'cinta daerah aliran sungai (DAS) kali Garang' yang digelorakan oleh dan kepada komunitas setempat. Upaya mengembalikan sungai sebagai tempat yang menyenangkan, alam pembelajaran yang menarik.

Menggunakan campuran terminologi kali atau lepen untuk ukuran kecil hingga sedang. Juga sungai atau sering disebut bengawan yang berukuran relatif lebar.

Menempatkan sungai sebagai bagian bentang alam secara utuh. Sungai menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat. Pelibatan Pramuka dan murid sekolah dengan pendampingan guru dan pecinta alam. Menyemaikan benih kepedulian memelihara sungai mulai dari bagian hulu. Menyadari bahwa penyelesaian masalah di hilir tak menuntaskan. Sungai adalah kesatuan dari hulu ke hilir.

Nah piknik PingLi yang menyegarkan.... piknik tak harus jauh ataupun mahal, piknik pinggir kali ala kebun. Salam dari pinggir kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun