Sanggar Genjah Arum bukan hanya sekedar rumah kopi, namun menjadi nukilan budaya Osing Banyuwangi. Gambar yang tersemat di dinding menunjukkan sesiapa yang singgah  termasuk saat Ibu Sri Mulyani berkunjung ke G. Ijen.
Kesenian gandrung, tarian khas Banyuwangi secara berkala digelar. "Awalnya mendatangkan penari mahasiswa ISI" mengembalikan keaslian niat tari gandrung. Tarian ungkapan syukur usai panen, bukan semacam tari 'tayub'. Kalau datang mengabari dulu bisa dipaskan dengan kepyakan gandrung.
Saat mau pamit untuk melanjutkan perjalanan ke TN Baluran menelisik invasi akasia, beliau menahan kami sejenak. Saatnya menyantap kuliner bagian budaya Osing. Nasi tempong dengan rasa khas, sayang penjual pecel pithik sedang libur, terangnya. Harus nyoba loh ya sebelum meninggalkan Banyuwangi.
Disampirkannya selendang batik di bahu kami dengan motif khas Gajah Ngoling dengan sapaan salam sehat selalu. Luar biasa 'Nukilan Budaya Osing Banyuwangi' menisik sepotong siang. Mulai dari racikan kopai, rumah adat, cerita gandrung, kuliner khas hingga selendang Gajah Ngoling.
Terima kasih Mas Iwan sang duta kopi, selamat berkarya selalu menguarkan harum kopi dan kopai Osing.
[Nukilan cerita kecil mengingat kisah beliau mudah ditemui di media massa Internasional, nasional juga majalah di maskapai penerbangan]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H