Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Griya Gandum Tropis dan Keseimbangan Ekologis

20 Januari 2019   21:54 Diperbarui: 21 Januari 2019   17:27 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepik dan malai-kesatuan ekologi (dok pri)

Ingin menikmati hamparan gandum menguning keemasan di daerah tropis? Atau meneguk sesloki jus wheat grass kaya nutrisi?

Mari tengok griya gandum tropis yang berada di lereng G. Merbabu dan G. Telomoyo. Berada di kebun percobaan Fak. Pertanian dan Bisnis (FPB) UKSW. 

Tepatnya di dusun Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Menempati gedung berupa piramida, menjadi sarana pembelajaran sesiapa yang berminat.

Mengikuti kunjungan para mahasiswa dari Prodi Agroeknologi, 16 Januari 2019 yang lalu, ini beberapa hal yang menarik. Dikawal langsung oleh Bapak Fathurrahman, S.P., M.P. selaku Dekan Fakultas Fakultas Pertanian Perikanan, UNTAG Banyuwangi, Jawa Timur. Diterima oleh Ibu Dr. Tinjung Mary Prihtanti, S.P., M.P. Dekan FPB UKSW, ketua pusat studi gandum, Ir. Djoko Murdono, M.P.

Teruna Agroteknologi UNTAG Banyuwangi di ladang gandum berlatar G. Telomoyo (dok pri)
Teruna Agroteknologi UNTAG Banyuwangi di ladang gandum berlatar G. Telomoyo (dok pri)
Griya Gandum Tropis
Gandum merupakan salah satu sumber pangan bagi masyarakat Indonesia. Instansi yang terkait dengan penelitian dan pengembangan komoditas ini adalah Balit Sereal yang berada di Maros, Sulawesi Selatan.

Realisasi gagasan griya gandum tropis dicanangkan sejak Mei 2017. Menjadi bagian dari perjalanan penelitian gandum oleh Pusat Studi Gandum Tropik FPB UKSW per tahun 2000. Bermula dari domestikasi varietas Dewata, menemani Selayar dan Nias pendahulunya di Nusantara.

Apa saja yang dapat dinikmati di griya gandum tropis? Sejumlah dokumentasi proses budidaya gandum. Ada pula koleksi hama yang menyerang pertanaman. Hingga proses pasca panen sederhana yang siap diadopsi oleh petani sekitar.

Pertanyaan yang sangat sering diutarakan adalah, mampukah kita memenuhi gandum dengan menanam sendiri dan menutup kran import? Jawaban yang tidak sederhana karena neraca kebutuhan sangat tak sebanding dengan kemampuan produksi.

Awal penanaman adalah menjawab kemampuan adaptasi. Menyediakan peluang dan alternatif keragaman sumber pangan. Hingga menjadikannya sebagai variasi pola tanam pemutus rantai siklus hama penyakit semisal pada pertanaman tembakau.

Salah satu ide besarnya, bagaimana gandum lokal menjadi daya ungkit industri makanan rumahan. Pengubahan pola konsumsi dari bulir (grain) menjadi tepung (flour). Begitu tepung gandum dicampur dengan aneka komposisi dengan tepung lokal semisal tapioka, garut dan aneka umbi-umbian jadilah aneka penganan.

Bukan masalah ganti mengganti namun saling melengkapi. Tidak mengubah pola konsumsi pangan lokal namun mewarnainya sehingga pangan lokal tetap berjaya dikawannya. Semisal tampilan bubur Manado yang kaya pangan lokal dan beragam nilai gizinya.

Bertanam wheat grass
Bertanam gandum di nampan? Mengapa tidak. Media tanamnya dapat berupa tanah bahkan berupa spon. Panenan adalah 'rumput gandum' yang dikonsumsi dengan cara di jus. Aneka gizi yang tersimpan dalam endosperm diekstrak.

Wheat grass media spon (dok pri)
Wheat grass media spon (dok pri)
Daun muda yang kaya dengan klorofil, vitamin, asam amino dan sejumlah enzim. Digunakan sebagai suplemen nutrisi. Menjaga kebugaran tubuh secara alami.

Kebutuhan akan jus wheat grass menumbuhkan peluang bisnis. Mari tengok di aneka jual beli on line, terlihat aneka penawaran. Mulai dengan kemasan benih gandum untuk ditanam sebagai bahan baku jus. Hingga bentuk powder siap seduh.

Keseimbangan Ekologis
Keberadaan ladang gandum di kebun percobaan FPB UKSW, secara berangsur mengubah keseimbangan ekologis. Seiring waktu semakin banyak capung beterbangan baik dari aspek jumlah maupun varian jenisnya. Begitupun keberadaan burung sriti. Demikian terang Pak Djoko Murdono.

Pada saat kunjungan terlihat begitu banyak capung alias kinjeng (bhs. Jawa) ataupun dragonfly. Capung tidak pernah dianggap hama tanaman oleh petani. Keberadaan populasi capung yang tinggi juga sering digunakan sebagai penanda kesehatan ekologi lahan.

Mengingat lahan di sekitar kebun percobaan secara intensif digunakan sebagai lahan produksi sayuran dengan input tinggi. Peningkatan populasi capung pada ladang gandum menjadi penyeimbang ekologi. 

Indikasi bahwa integrasi tanaman gandum sebagai bagian pola keragaman hayati layak menarik dikaji sebagai keseimbangan ekologis.

Ladang gandum menghijau (dok pri)
Ladang gandum menghijau (dok pri)
Penanaman gandum dalam hamparan biasanya dilaksanakan pada awal musim kemarau. Saat malai gandum hijau menguning, beberapa kepik terlihat hinggap di malai. Seolah bulir gandum bercanda dengan kepik sahabat petani, musuh alami hama, wujud kesatuan ekologis yang terjaga.

Kepik dan malai-kesatuan ekologi (dok pri)
Kepik dan malai-kesatuan ekologi (dok pri)
Saat  panen sering diadakan festival yang dikaitkan dengan acara ruwat bumi. Upaya integrasi tanaman dalam ekosistem setempat, menjadikan gandum sebagai bagian dari keseimbangan ekologi dan kearifan lokal.

Mari belajar merawat bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun