Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Secangkir Kopi di Langit Senja

15 Januari 2019   00:31 Diperbarui: 19 Januari 2019   11:12 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir kopi di langit senja. Ini bukan tentang puisi ataupun judul fiksi. Hanya secuil cerita menyeruput kopi bersama keluarga di Bumi Kayom, Salatiga.

Secangkir kopi, panas mengepul diseruput oleh sekelompok pria berkemul sarung sambil mencakung di warung. Kadang diseling bermain catur. Itulah memori warung kopi yang ada di benak saya.

Aroma kopi tak hanya menguar dari lapau. Kini hampir setiap pojok menjelma menjadi aneka versi warung kopi. Mulai yang tersaji di cangkir blirik hingga menetes dari alat pres. Kopi tak lagi seteguk cairan yang mengaliri tenggorokan. Secangkir kopi menjadi gaya hidup.

Salah satu warung kopi yang sedang ngehits di Salatiga adalah Langit Senja. Fotonya wira-wiri di media sosial. Layaknya magnet kuat yang menarik pengunjung bahkan dari luar kota.

Mengikuti petunjuk gooegle map kami menyusuri Ramayana Mall yang sekian tahun lalu berupa Taman Sari Salatiga. Menyisir tepian Kali Taman, kolam renang dengan air sumber yang dulu menjadi tempat bermain noni dan sinyo Belanda. Mengikuti jalan Benoyo, Canden Perengsari, Makam Meijing hingga bersua lokasi Bumi Kayom.

Bumi Kayom dan Langit Senja

Bumi Kayom, Salatiga (dok pri)
Bumi Kayom, Salatiga (dok pri)

Menilik bentuknya, bangunan utama di Bumi Kayom adalah eks pabrik. Penamaan bumi kayom yang apik. Kayom berasal dari bahasa Jawa yang bermakna ternaungi. Merujuk pada kondisi lingkungan yang terasa teduh oleh naungan pohon-pohon berukuran besar.

Areal Bumi Kayom mencakup gabungan resto Tanah Air penyedia aneka kudapan ringan hingga berat. Bangunan semacam rumah kaca yang transparan dari segala arah berada di pekarangan dalam, inilah Langit Senja. Langit senja rumah kopi.

Tanah air, Bumi Kayom (dok pri)
Tanah air, Bumi Kayom (dok pri)
Pengunjung bebas memilih tempat duduk. Mau di rumah kaca Langit Senja, menikmati hidangan sambil mengamati kegiatan barista yang meracik dan memproses kopi. Atau mau di ruang resto Tanah air. Bahkan dapat memilih duduk di luar, alam terbuka. Hendak duduk di bangku aneka ragam atau nyantai ala bean bag saat cuaca terang cerah.

Pilih dalam ruang atau alam bebas di Langit Senja (dok pri)
Pilih dalam ruang atau alam bebas di Langit Senja (dok pri)
Konsep yang diusung menyasar konsumen milenial. Tak hanya sekedar rasa kopi namun tampilan, suasana dan gaya. Tersedia wifi kebutuhan dasar generasi gadget yang selalu terkoneksi dengan internet. Setiap sudutnya instagramable, pengunjung langsung bergaya, jepret dan unggah secara real time.

Bagi pengunjung sepuh tetap dapat menikmati. Udara segar, suasana santai sejenak terlepas dari rutinitas. Bila cuaca cerah sedikit jalan-jalan di pekarangan luas ini melemaskan otot kaki.

Kami berkunjung hampir senja, lah niatnya meresapi icon Langit Senja. Bersamaan dengan derai hujan yang lumayan deras sehingga kurang bisa menjelajah sudut-sudut yang tertata apik dan terlihat elok di tebaran foto. Menyiasati rontokan daun dari pepohonan rindang, pengelola memasang kanopi jala. Menadah guguran daun sehingga pelataran tidak segera kotor. Pepohonan alami dibiarkan menjadi bagian dari taman.

Pohon rindang dan kanopi jala (dok pri)
Pohon rindang dan kanopi jala (dok pri)
Arsitektura bangunan dan arealnya menarik. Pemakaian material alami semacam bahan genting roster tanah liat sehingga pencahayaan dan sirkulasi udara. Bumi Kayom menjadi salah satu jujugan studi banding pembelajar arsitektur.

Bagaimana dengan sajian kopinya? Tersedia aneka menu racikan kopi, sayangnya saat ingin menjajal kopi pencerita senja, salah satu menu andalan, sedang kosong. Kopi pencerita senja. Penamaan yang menggugah imajinasi, menyesap kopi beraura senja. Layaknya jejak pencerita senja, sebait puisi yang ditorehkan pada dinding kaca Langit Senja.

Tergoda menanyakan esensi pola latte art kepada petugas dijawab itu gambar pemanjat pohon dan penunggang kuda. Mengerutkan kening ooh benar juga terlihat sepasang dahan dan tangan yang menggapai. Penunggang kuda? Aha ternyata coretan penunggang jaranan. Siapa tahu menjadi impian sang pengelola, nantinya ditambahkan olah raga berkuda di Bumi Kayom.

panjat pohon dan penunggang kuda (dok pri)
panjat pohon dan penunggang kuda (dok pri)
Sejenak menyeruput secangkir kopi di Langit Senja dengan suasana Bumi Kayom menghijau, melacak jejak pencerita senja. Menegaskan Kota Salatiga bagian peta perkopian Nasional dengan jejak afdeling perkebunan kopi di sekitar kota. Menitip harap, kopi menjadi produk identitas Indonesia dan sarana kesejahteraan petani kopi. Mari mampir Kota salatiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun