Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lontar dan Daluang, Media Manuskrip Nusantara

31 Oktober 2018   20:54 Diperbarui: 3 November 2018   16:48 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Borassus si pohon lontar (sumber: palmpedia.net)

Borassus si pohon lontar (sumber: palmpedia.net)
Borassus si pohon lontar (sumber: palmpedia.net)
Sebagai negara yang dijuluki daerah Nyiur Melambai, tanaman ental ini tersebar di wilayah Nusantara, terutama yang memiliki kondisi agroekologi kering. Buahnya dikonsumsi sebagai buah siwalan, juga dideres sebagai nira. Daunnya untuk pembungkus penganan khas daerah.

Buah Siwalan (Foto: Surya/ Wiwit Purwanto, tribunnews.com)
Buah Siwalan (Foto: Surya/ Wiwit Purwanto, tribunnews.com)
Bagaimana daun lontar berperan dalam estafet peradaban melalui naskah lontar? Perjalanan panjang dialaminya. Daun tua yang dipetik mengalami proses pemotongan dengan panjang tertentu, penjemuran, perendaman dalam air mengalir, pengampelasan dengan serabut kelapa hingga terlihat halus. Pengeringan dan perebusan dengan penambahan aneka ramuan. Hingga dipres dengan tekanan tinggi menjadi lembaran pipih.

Bertujuan mengurangi kadar tanin yang tinggi, melestarikan dan menonjolkan struktur daun tetap bagus sebagai elemen estetika, mengawetkan agar helaian tidak cepat rapuh. Beberapa potongan daun lontar yang berukuran lebar sekitar 3 cm diuntai menjadi semacam gulungan mirip kipas. Variasi lain, helaian panjang daun lontar disambung dan digulung mirip kaset tempo dulu.

Kini si daun lontar potongan panenan kebun menjadi bagian dari barang seni. Tidak hanya sekedar seni indah namun siap diberi 'isi' yaitu naskah hasil karya para pujangga maupun ulama. Aksara yang ditorehkanpun bervariasi mulai dari huruf Jawa kuna, Jawi maupun Pegon.

Naskah lontar di Museum Sonobudoyo (dok pri)
Naskah lontar di Museum Sonobudoyo (dok pri)
Menulis pada daun lontar bagaikan menatah atau mengukir dengan alat bantu semacam jarum. Layaknya membuat tato dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pada badan daun lontar selebar sekitar 3 cm terdapat empat baris kalimat. Terbayang rumitnya. Tidak boleh ada kesalahan karena tidak dapat dikoreksi.

[Saat menggunakan mesin ketik masih ada tip ex. Mengetik dengan keyboard komputer ada fasilitas edit. Bila sering mengeluh meleset salah ketik karena tuts yang kecil atau jari yang kebesaran masih dapat diedit dan jauh lebih luas dari bidang tulis di lembar daun lontar.]

Daluang Bukti Peradaban Nusantara

Prof Oman menyatakan, selain daun lontar sebagai alas naskah juga dikenal daluang yang lebih tua dari kertas Eropa sebagai media manuskrip. Bukti nyata bahwa peradaban teknologi media daluang yang lebih awal dari masuknya kertas Eropa.

Kata daluang, mengingatkan pada kata 'dluwang' yang sering disebut oleh Bapak pada masa kanak-kanak kami. Merunut dari bausastra atau kamus bahasa Jawa, dluwang bermakna 'barang tipis sing lumrah ditulisi' atau barang tipis yang biasanya digunakan untuk menulis atau kertas. Kata lain yang digunakan adalah dlancang.

Daluang adalah lembaran tipis yang berasal dari pohon deluang (Broussonetia papyrifera) yang mengalami perendaman dan pengepresan. Proses panjang yang menghasilkan bidang tipis untuk penulisan.

Terbayang liatnya proses pengepresan kulit kayu daluang. Kandungan lignin, lignoselulosa yang tinggi sebagai pelindung kayu membuat kulit kayu bertekstur liat, Pengerjaan berikutnya senada dengan mengukir huruf menjadi kalimat dan karya sastra bernilai tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun