Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wijikinanthi, Bangga Berbahasa Daerah Melalui Ngeblog

25 Oktober 2018   12:36 Diperbarui: 25 Oktober 2018   15:33 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wijikinanthi.wordpress.com blog berbahasa daerah (dok pri)

Keseharian saya, menggunakan bahasa daerah setempat dan bahasa Indonesia. Menggunakan ya menggunakan, belum tahap menguasai. Meski keseharian berbahasa Indonesia, begitu banyak kaidah bahasa Indonesia yang saya langgar baik dalam bahasa tutur maupun bahasa tulis.

Begitupun dalam berbahasa daerah. Tata krama berbahasa, pemilihan diksi sering diabaikan. Prinsip dasarnya asalkan pasangan bicara saling memahami makna percakapan. Apalagi penguasaan aksara daerah, dalam hal ini huruf Jawa. Nol puthul....alias buta aksara, meski sudah pernah mendapatkan pelajaran tersebut.

Bahasa daerah dan sastra bagian dari budaya. Budaya yang menunjukkan peradaban suatu bangsa. Untuk estafet antar generasi, bagaikan benih perlu disemai dan dirawat agar lestari. Salah satunya melalui wujud blog dan kegiatan ngeblog. Upaya menularkan virus positif bangga berbahasa daerah.

Berhasilkah? Aha, jauh panggang dari pada api. Sebagai penghiburan, minimal sudah mencoba. Ini sebagian ceritanya.

Blog Wijikinanthi

Wijikinanthi. Ya wijikinanthi dipilih sebagai penanda blog. Penggabungan dari kata wiji dan kinanthi.

Wiji dimaknai sebagai benih. Bagian dari tumbuhan yang menyimpan sumber kehidupan. Pengaturan alam untuk melestarikan generasi. Umumnya berukuran kecil, semisal benih sawi maupun wortel. Ada kalanya berukuran besar, semisal bibit kelapa

Kata kinanthi bermakna disertai perawatan. Kinanthi juga bagian dari sekar macapat. Karakternya adalah pemeliharaan baik oleh bagian masyarakat yang dituakan maupun oleh Sang Pemelihara Agung.

Penanda wijikinanthi disematkan dengan harapan, benih niat kecil suka bahasa dan sastra daerah ini menjadi sarana pembelajaran, khususnya budaya Jawa. Menjadi pemantik untuk menarik kolaborasi yang lebih luas agar kemanfaatannya bermakna. Begitulah yang disajikan pada postingan perdana, atur pambagya yang bertanggal 19 Januari 2015.

Postingan perdana, atur pambagya (dok pri)
Postingan perdana, atur pambagya (dok pri)
Sebagai header, eh kepala halaman digunakan foto bunga tanaman wortel yang berkembang menjadi wadah biji yang siap dipanen sebagai benih. Cakupan yang diterakan adalah ngudi kawruh kabudayan Jawi atau upaya belajar kebudayaan Jawa.

Pertumbuhan Wijikinanthi

Bagaimana pertumbuhan sang wiji alias benih? Sudahkah tumbuh merimbun memberikan kemanfaatan atau keteduhan bagi pengunjungnya? Alamak.....seakan tumbuh tak enggan dengan perawatan ala kadarnya.

Pasokan tulisan hanya selama tahun 2015-2016. Tahun 2017 hingga Oktober 2018 tanpa ada postingan baru sama sekali. Perwujudan nyata kegedhen karep kurang sregep. Niat yang belum dibarengi dengan kerajinan.

Sajian yang paling banyak mendapatkan perhatian adalah Sekar Kinanthi. Sekar Kinanthi merujuk kepada salah satu tembang macapat. Dengan penciri 8u,8i,8a,8i,8a,8i. Setiap bait terdiri dari 6 larik atau kalimat. Setiap kalimat terdiri dari 8 suku kata. Guru lagu atau pantun u, i, a, i, a, i.

Sekar Kinanthi juga digunakan sebagai judul reportasi apresiasi kiprah Teater Palma SMAN 1 Tengaran, Kabupaten Semarang yang mementaskan lakon Kinanti. Kerjasama apik dengan komunitas Sasi Kirana. Bangga syukur menyaksikan generasi muda yang tetap bangga dan tidak malu berkiprah dalam melestarikan bahasa dan sastra daerah.

Pementasan lakon Kinanti oleh Teater Palma SMAN1 Tengaran, Kab Semarang (dok pri)
Pementasan lakon Kinanti oleh Teater Palma SMAN1 Tengaran, Kab Semarang (dok pri)
Aja Njagakake Endhoge si Blorok adalah postingan lain yang banyak diminati. Peribahasa yang memuat pengingat untuk tidak bersandar pengharapan pada sesuatu yang belum pasti. Dapat disajikan dalam dongeng yang bersifat umum bahkan dalam cerita anak.

Aja Njagakake Endhoge si Blorok (dok pri)
Aja Njagakake Endhoge si Blorok (dok pri)
Disediakan pula halaman kadang ngudi kawruh yang bermakna partner pembelajar, berisi tautan blog maupun web lain yang menyajikan bahasa dan sastra kebudayaan Jawa. Dengan harapan pengunjung blog juga dapat berkunjung ke laman lain yang memiliki minat sejenis.

Merawat Blog dengan Minat Khusus

Meski pertumbuhan terhambat nyaris mandeg, saya yakin wiji yang ditanam memiliki sifat benih sejati. Benih yang memiliki sifat atau karakter dormansi. Tidur sejenak atau bahkan panjang saat tiada asupan pemeliharaan dan akan berlanjut tumbuh ketika faktor tumbuh terpenuhi.

Setidaknya tercatat beberapa K untuk merawat blog dengan minat khusus seperti blog berbahasa daerah ini. Diantaranya kompetensi, komitmen juga kolaborasi komunitas. Sahabat K dapat menambahakan K yang lain.

1. Kompetensi. Kompetensi akan mempengaruhi kualitas konten. Penulis berpandangan positif atas kompetensi ini. Kompetensi dapat diupayakan dengan pembelajaran yang terus menerus. Meski kompetensi minimal pun abal-abal tetap dapat menyuguhkan blog sebagai wujud bangga berbahasa daerah.

Secagai contoh, meyadari keterbatasan penguasaan aksara Jawa, digunakan model cangkriman atau tebak-tebakan. Mengakomodasi niat dan minat sahabat yang bangga berbahasa daerah dengan sajian kaos dengan ornamen aksara Jawa. Empyak papat cagak siji, empat atap disangga satu tiang. Apakah itu? Yaak dialah paku air alias semanggi

Empyak papat cagak siji.....semanggi.... (dok pri)
Empyak papat cagak siji.....semanggi.... (dok pri)
2. Komitmen. Keterbatasan kompetensi dapat diimbangi dengan komitmen. Komitmen yang mewujud dalam ketelatenan dan keajegan menyuguhkan konten. Penulis menyadari, niat awal yang besar tidak cukup tanpa dibarengi komitmen merawat blog. Rumantia....geguritan yang disajikan pada masa Advent semoga menjadi penggugah komitmen penulis untuk tetap rumanti menyuguhkan artikel.

Rumantia..... (dok pri)
Rumantia..... (dok pri)
3. Kolaborasi komunitas. Keterbatasan kompetensi, waktu dan tenaga dapat diatasi selama terbentuk jejaring. Ada kolaborasi dan koordinasi dengan komunitas yang memiliki minat sejenis. Saling mengisi konten sehingga suguhan selalu tersedia dan tidak mengecewakan pengunjung yang datang ataupun terseret masuk oleh mesin google. Saya yakin setiap wilayah, memiliki komunitas pecinta budaya termasuk bahasa dan sastra daerah.

Mari tetap bangga berbahasa daerah dan berperan di kancah global.

Catatan: mohon maaf bila bertabur tautan, dalam rangka BanggaBerbahasaDaerah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun