"Bunga yang berwarna merah jambu menyala itu namanya Saliyah", "Kalau perdu berbuah bulat telur dalam pot itu buah renda" , pagar tanaman di ladang kami adalah barisan kalireside atau kleresede"
Tanaman Saliyah, buah renda maupun keresede akan sulit dicari maknanya dalam kamus tanaman. Penamaan yang sering diucapkan oleh pedagang tanaman ataupun penduduk setempat. Tentunya tidak mengacu pada prinsip nama ilmiah atau nama latin tumbuhan.
Tentunya kita masih ingat dengan permainan dengar teruskan ke teman melalui bisikan. Selang lima pemain apa yang diucapkan sudah berbeda dengan apa yang didengar. Terjadi bias dalam siklus ucap-dengar-tirukan. Komunikasi lisan yang riskan dengan bias informasi.
Jangankan dalam komunikasi lisan. Pada komunikasi tertulis, melalui siklus baca-cerna-tulis-baca dan seterusnya tetap berpeluang terjadi bias informasi. Semisal dalam penafsiran maupun penyalinan kata.
Ini semata tentang bias murni dalam siklus ucap-dengar-tirukan. Tanpa muatan pembelokan makna ataupun pemelintiran kata. Semata bias siklus ucap-dengar-tirukan dalam penamaan tanaman. Mari ikuti kisahnya.
Azalea dan Saliyah
Kembang Azalea, sosoknya sangat sederhana. Tanaman ini termasuk keluarga Ericaceae, genus Rhododendron. Azalea berkembang di Asia Timur dan Amerika Utara. Untuk Azalea Asia, tanaman ini rajin berbunga, menghijau sepanjang tahun.
![Bias Azalea - Saliyah (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/07/kelopak-tungal-mekar-5b9291c5677ffb07c36b80f2.jpg?t=o&v=770)
Sering di jumpai di daerah pegunungan sehingga ada juga yang menyebut mawar gunung. Tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian >1000mdpl, mampu beradaptasi di daerah ketinggian sedang. Bagi penggemar Azalea, tanaman ini bisa ditanam di halaman sempit maupun pot.
Nah, kalau sahabat Kompasiana mencari tanaman kembang Azalea di penjual bibit bunga, bisa bertanya dengan nama Azalea ini. Namun beberapa penjual bibit tidak langsung mengerti. Beberapa penjual bibit menyebutnya dengan nama Saliyah.
Saliyah.. saya coba merunutnya.. Oh pengaruh dengar lalu sebut dengan sedikit meleset. Mari coba simak. "Ibu ada Azalea?" "oh azalea...l alu zalea.." Beda pendengaran telinga ditirukan zalia. Lanjut Saliyah... Saliyah mawar gunung yang cantik.
Buah renda alias Carissa carandas sinonim Carissa congesta
Seorang sahabat menanyakan tentang buah renda. Berbekal kata kunci buah renda perburuan dimulai. Menemukan gambar tanaman yang mirip dengan koleksi foto tanaman yang saya temui dan belum tahu namanya, sehingga tambah semangat.
![Buah renda dikawal duri (bias C.carandas) (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/07/duri-c-carandas-atau-c-congesta-gmlp-kediri-5b92918e12ae944818055802.jpg?t=o&v=770)
Penulisan kata kunci dengan nama ilmiah (umum menyebut latin) sungguh membantu pencarian dengan kesahihan yang lebih tinggi.
Penjelasan C. carandas merujuk asal dari pegunungan Himalaya sehingga sering disebut bunga India (Flowers of India). Memiliki nama umum karonda, karanda, kerenda (Malaysia), nam phrom atau namdaeng di Thailand; dan caramba, caranda, caraunda serta perunkila di Filipina. Tanaman ini memiliki buah dengan banyak kegunaan sebagai tanaman obat.
Menyimak lebih lanjut terkesima dengan potensi tanaman ini sebagai biofarmaka diantaranya: Buah muda sebagai anti diabetik; sering dipergunakan sebagai obat herbal di India; anti bacterial; hingga anti kanker. Menyadari konten ini di luar ranah kemampuan, silakan dicermati sumber-sumber asli dan dikaji dengan jeli.
Imajinasi saya mengatakan bukankah dari pengucapan C. carandas terdengar seperti buah renda, krenda eh krendang atau karendang. Budaya siklus ucap -- dengar -- tirukan -- didengar lalu diucapkan -- didengar pihak selanjutnya memungkinkan bias.
Mendengar pengucapan nama tanaman oleh pedagang tanaman hias juga sangat mengasikkan makin lama makin banyak ragam ucap sesuai pendengaran masing-masing. Dari salah satu web didapatkan nama lokal lain yaitu buah Samarinda.
Gliricidia dan kalire side hingga kleresede
Gliricidia merupakan genus dari tumbuhan sejenis perdu dari kerabat polong-polongan. Biasa digunakan sebagai pagar hidup maupun tanaman peneduh. Tumbuhan ini memiliki sebutan kerside, hingga sliridia, liriksidia, sirida (Jw.)
![liriksidia bias pagar gliricidia (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/07/pagar-gliricidia-jpg-5b9292526ddcae7a3a65ce33.jpg?t=o&v=770)
Tumbuhan ini bersifat multiguna. Sebagai tanaman pagar secara berkala dapat dipangkas baik sebagai pakan ternak maupun dikomposkan menjadi penyubur tanah. Akarnya mampu mengikat tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi.
Pada masanya tanaman ini dikenal dengan sebutan 'gamal' alias ganyang mati alang-alang. Gliricidia yang cepat tumbuh dan kanopinya menyebar menutupi permukaan tanah. Membatasi ruang gerak alang-alang yang suka keadaan matahari penuh. Jadilah gliricidia pembatas pertumbuhan alang-alang.
Mengingat kegunaannya, tumbuhan ini marak dikembangkan di pedesaan dengan aneka fungsi. Untuk menggalakkan penanamannya, penyuluh mempopulerkan glirisidia. Kembali bias dari siklus ucap-dengar-tirukan jadilah kalireside, kleresede hingga liriksidia.
Seandainya budaya siklus ucap-dengar-tirukan sejalan dengan kebiasaan baca-tulis-baca, mungkin bias dapat dikurangi. Apalagi kalau terbentuk habit penggunaan nama ilmiah yang bersifat universal, bias sungguh dapat ditekan. Bias yang membuat komunikasi luwes dalam penyebutan dagang dan terapan. Kembali ini masalah bias murni, bukan bias yang dikondisikan.
Salatiga, 7 September 2018
Salam Kompasiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI