Pangan sumber protein hewani di Gunung Kidul
Menarik untuk dikaji pangan sumber protein hewani di Gunung Kidul. Untuk subsektor peternakan, pada tahun 2016 tercatat populasi ternak besar dan sedang yaitu sapi potong, kambing dan domba masing-masing sejumlah 148.586 ekor, 175.767 ekor dan 11.983 ekor.Â
Sementara pada kategori unggas, jumlah ayam kampung, ayam petelur dan ayam pedaging masing-masing sejumlah 1.113.152 ekor, 241.443 ekor dan 1.498.857 ekor.
Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Gunungkidul total mencapai 9.611, 34 ton. Sebagian besar dihasilkan dari budidaya ikan di kolam. Penampungan air hujan yang juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan menyediakan  pangan lokal menjaga kecerdasan anak bangsa wilayah Gunung Kidul.
Tak cukup dari ternak dan ikan. Wilayah gunung gamping yang menjadi habitat hutan jati juga menyediakan sumber lauk protein hewani. Setiap musim hujan, daun jati yang rimbun menyediakan makanan bagi ulat jati.Â
Layaknya metamorfose sempurna, ulat akan menjadi kepompong dan entung jati yang lazim disebut ungker menjadi salah satu sumber protein bagi warga seputar hutan jati termasuk warga Gunung Kidul.
Walang goreng bersama entung jati. Keduanya menjadi kuliner semi ekstrim eksotik yang menjadi penciri Gunung Kidul. Bagi beberapa orang perlu diwaspadai karena ada yang bersifat alergi terhadap pangan ini.Â
Alam Gunung Kidul membuat masyarakatnya kreatif. Bersyukur atas berkat pangan melalui sumberdaya lokal, walang dan entung jati.
Pangan sumber sayur di Gunung Kidul
Masih dari sumber Gunung Kidul dalam angka 2017, sayuran yang dibudidayakan meliputi bawang merah, cabai dan petsai, bayam, kangkung, terong, mentimun. Selain tentunya sayuran lokal semisal kecipir yang mampu tumbuh di lahan kering.
Hal menarik, Gunung Kidul juga produsen emping mlinjo. Data menunjukkan jumlah mlinjo tercatat sebanyak 117 587 pohon dengan produksi 35 029 kuintal buah. Hasil pengupasan buah menjadi biji menghasilkan limbah kulit buah mlinjo yang menjadi bahan sayur semisal dalam kuliner brongkos Gunung Kidul. Kreativitas mengoptimalkan sumber daya pangan yang ada.