Keunikan dan pembelajaran dari UNESCO Global Geopark Gunung Sewu yang ditetapkan sejak 19 Desember 2015, tiada habisnya. Memiliki 33 situs kebumian yang tersebar dalam 3 geoarea, yaitu geoarea Gunung Kidul sebanyak 13 geosite, geoarea Wonogiri sebanyak 7 geosite, dan geoarea Pacitan sebanyak 13 geosite. Setelah menyajikan geosite Siung-Wediombo, Pantai Klayar, kini disuguhkan situs kebumian Goa Ngingrong.
Sepulang menemani teruna kebun snorkeling di Pantai Sadranan Gunung Kidul, melalui jalur Tepus -- Wonosari, kami berhenti di geosite Ngingrong. Letaknya sangat strategis di sekitar pertigaan jalur ke pantai Baron dan arah Tepus.
Apa sih keunikan situs kebumian Goa Ngingrong ini? Dari bentang area terlihat kawasan Lembah Karst Mulo dengan keunikan tebing terjal tempat mulut goa Ngingrong, juga tebing Lafadz Allah. Luweng Jemblong serta goa Lengkep di seberang jalan. Tak jauh pula terdapat Etalase Taman Batu Gunung Sewu.
Lembah Karst Mulo dan Tebing Lafadz Allah
Bermula dari cekungan tempat peresapan air yang mengalir melalui celah-belah tebing, semakin lama meluas dan dalam sehingga terbentuk lembah. Menjadi laboratorium alam geologi bagi para pembelajar.
Menjadi areal ladang yang relatif subur dengan cadangan air yang cukup sehingga petani mengusahakannya meski harus berpeluh menuruni dan mendaki tebing. Di bagian ujung Timur terlihat tebing sedikit lebih landai. Bila pengunjung datang di musim kemarau akan terlihat kerontang. Kunjungan di bulan Mei lalu masih terlihat rona hijau.
Bila bergeser ke kanan dan memandang ke semacam gazebo kecil berwarna oranye, nah di sebelahnya terlihat tebing dengan warna alami yang berbeda. Itulah yang disebut Tebing Lafadz Allah. Persis di bawah gazebo adalah mulut atau pintu masuk goa Ngingrong.
Flying Fox Terdalam