Kekuatan lirik lagu sungguh luar biasa. Suara merdu biduanita jelita Ernie Djohan mendayu melalui gelombang radio hampir setengah abad lalu. Selamat tinggal Teluk Bayur permai. Daku pergi jauh ke negri seb'rang. Ku kan mencari ilmu di negri orang. Bekal hidup kelak di hari tua.....
Budaya belajar urang Minang
Seorang kanak-kanak, menelengkan telinga dengan sungguh-sungguh menikmati lagu dari radio. Lantunan lirik...ku kan mencari ilmu di negeri orang... Sungguh dahsyat gelora semangatnya.
Bagi kami kanak-kanak lereng G. Lawu, untuk menimba ilmu di padepokan Mahapatih Majapahit, cukup naik bis bisa pulang pergi di hari yang sama. Sedikit lebih jauh ke kampus kuning, tidur semalam di sepur alias kereta api ataupun bis malam, dini hari sudah sampai. Lah urang Minang, pergi jauh ke negeri sebrang, mengarungi Samudera Indonesia.
Salah satu butir budaya yang sungguh menggelitik dari masyarakat Minang adalah kecintaannya terhadap darma belajar. Budaya belajar yang ditumbuhkembangkan dalam keluarga. Keluarga sebagai lahan persemaian suka belajar.
Mari simak tata rumah gadang. Kamar seorang bujang berada di bagian depan dengan pintu langsung ke luar. Karena pada hakekatnya rumah anak bujang adalah di surau tempat menimba ilmu. Itu yang kami peroleh dari penjelasan di Rumah Kelahiran Bung Hata (RKBH) di Bukittinggi.
Merantau ke negeri sebrang, mencari ilmu di negeri orang menjadi bagian dari impian atau bahkan darma. Untuk menjemput asa, sarana transportasi yang paling hebat saat itu adalah kapal. Pelabuhan Teluk Bayur adalah gerbang keberangkatan dan kedatangan.
Pelabuhan Teluk Bayur menjadi saksi sejarah perpisahan dan perjumpaan. Selamat tinggal Teluk Bayur permai. Daku pergi jauh ke negri seb'rang. Ku kan mencari ilmu di negri orang. Bekal hidup kelak di hari tua..... Seorang teruna meninggalkan keluarga maupun kekasihnya.
Sedu tangis, janji, tawa bahagia maupun doa dirapal saat mengantar maupun menjemput kerabat di sini. Seorang bapak memeluk sang ibu, melepaskan terunanya diiringi untaian doa. Seorang kekasih, mengepal erat sapu tangan pemberian belahan hatinya merajut janji setia. Di pojok pelabuhan Teluk Bayur, seseorang berpenampilan merana, mata menerawang menanti kekasih yang pamit belajar dan tiada kembali.
Pelabuhan Teluk Bayur. Apabila mendapat kesempatan ke Sumatera Barat, bertekad menghirup aromanya. Serasa tersihir auranya. Merasakan semangat yang digelorakannya.
Pelabuhan Teluk Bayur dalam jalinan masa
Pelabuhan Teluk Bayur yang terdapat di Kota Padang, provinsi Sumatera Barat ini dibangun antara tahun 1888 hingga 1893 pada zaman kolonial Belanda. Awalnya bernama Emmahaven. Fungsi utamanya sebagai pintu gerbang antar pulau baik untuk penumpang maupun hasil bumi yang kemudian juga berkembang sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.
Beliau menjelaskan pelabuhan tersebut sepi penumpang, dominan hanya untuk lalu lintas barang (semen, batu bara dll). Karena sekarang banyak pilihan penerbangan dengan biaya terjangkau. Tidak mengapa, kami ingin mematrikan kenangan akan semangat belajar melalui tangkapan indera mata dan rasa.
Pelabuhan Teluk Bayur, yang membuat kami mengerti mengapa ular besi rel kereta api meliuk dari Sawahlunto nun jauh. Meliuk menyusuri tepian Danau Singkarak, menyapa Air terjun Anai. Menghindari tanjakan terjal rangkaian perbukitan barisan.
Kereta api memuat isi bumi Sumatera Barat dari emas hitam atau batu bara hingga si emas hijau berupa teh dan kopi. Semua bermuara di Pelabuhan Teluk Bayur. Juga semen dari bumi Indarung meruah di pelabuhan ini.
Bagaimana mencapai pelabuhan Teluk Bayur? Tidak terlalu jauh dari Kota Padang ke arah Selatan melewati Pelabuhan lama di muaro Batang Arau. Kita bisa singgah sejenak di Jembatan Siti Nurbaya, mengenang pembelajaran budaya yang disampaikan oleh Angku Marah Rusli.
Tidak sampai 1 jam kemudian kita sudah menikmati Teluk Bayur. Diiringi pemandangan berkelak-kelok paduan gunung menghijau, laut membiru. Meski cuaca agak mendung hingga gerimis saat kami berkunjung. Mengelilingi teluk dengan gelombang yang teduh karena energi hempas dari samudera sudah dihadang di mulut teluk.
Alam takambang jadikan guru
Masyarakat Minang adalah kumpulan sastrawan/wati. Pembelajar ulung dengan sesanti mengaji bukit mengeja danau. Kembali tertegun kagum dengan kearifan 'alam takambang jadikan guru'. Penamaan Teluk Bayur ini berkenaan dengan tumbuhan bayur (Pterospermum javanicum).
Tanaman penghasil kayu kualitas baik yang tumbuh di daerah tropis dataran rendah. Kelompok kayu ini dalam perdagangan mencakup beberapa spesies dari genus (marga) Pterospermum. Semoga tumbuhan bayur di bumi Nusantara tetap lestari sebagai penyedia bahan bangunan berkualitas tinggi.
Nantikanlah aku di Teluk Bayur ..... Ku tersihir aura Teluk Bayur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H