Apakah kami kecil tidak terhisap pada gerakan mipik dan prepekan? Woo bisa geger bila tidak.... Memasuki bulan puasa Ibu mulai dengan acara tersebut. Meteran menjadi senjata beliau menenangkan kami, rasanya kami sudah nyicil ayem bila diukur lingkar pinggang, panjang rok...padahal tahu tidak selalu ditindaklanjuti dengan dibuatkan pakaian baru.
Bila ibu membuatkan baju baru selalu sedikit lebih longgar, sedikit lebih panjang alias sekian nomer diatas ukuran kami sehingga bisa dipakai lumayan lama. Pembuatannyapun tidak selalu bersamaan antar kami kakak beradik. Loh berarti lebaran tidak selalu baju baru dong,kan bisa menggunakan baju yang tahun lalu sedikit kepanjangan.
Ooh mana tega Ibu melakukan hal tersebut pada kami pangeran dan bidadari kesayangan beliau..... Ini dia kiat beliau, untuk pakaian polos tahun berikutnya ibu menambahkan aplikasi dari potongan kain bermotif dan menempelkannya dengan tusuk feston, untuk baju bermotif...tambahkan sedikit pita atau renda.
Olala tampil dengan gaya baru stok lama. Ada pula blus saat ibu muda dirombak menjadi rok terusan kami yang bergaya modis. Untuk adik yang putra, Ibu perlu lebih putar gaya karena tak semudah menyiasati busana putri.
Prepekan dan mipik ala kini
Meski beda zaman beda cara namun gaya prepekan dan mipik tetap hidup. Peningkatan keramaian mall, pekan diskon, belanja secara on line menjadi bagian prepekan dan mipik ala kini. Mipik kini tidak hanya untuk baju namun perangkat pakaian/fesyen total seperti maraknya pembeli di toko emas, maupun perabot rumah tangga hingga kendaraan.
Apapun gayanya, tujuan utama menuju hati yang fitri selalu menjadi pandunya. Bagaimana gaya prepekan dan mipik keluarga dan lingkungan sahabat Kompasiana? Salam
Kenangan keceriaan Ramadan yang juga disajikan di blog di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H