Negara ASEAN manakah yang mampu pertama kali meloloskan UNESCO global geopark? Jawabannya ialah Malaysia. Dengan Taman Bumi Langkawi sebagai 1st UNESCO global geopark di ASEAN pada tahun 2007 yang direvalidasi setiap empat tahun sekali. Taman bumi ini berada di kepulauan Langkawi yang disebut the jewel of Kedah, bagian Barat Laut dari Malaysia.
Langkawi sungguh cerdik menjual capaian peringkat UNESCO global geopark ini dalam iming-iming kemasan wisata yang menggoda. Berikut selayang pandang Dayang Bunting Marble Geoforest Park, kunjungan tahun 2015 silam.
Memuliakan warisan bumi (celebrating earth heritage)
Marble geoforest....marble atau marmer adalah batuan gamping yang mengalami perubahan sifat fisik oleh suhu dan tekanan yang tinggi (gugusan gunung gamping/kapur yang menjelma menjadi marmer dengan harga jual yang tinggi, semisal di Pacitan). Suasana geoforest sungguh terasa, bebukitan muncul dari laut berselimutkan hijauan tumbuhan lebat membentuk gugusan kepulauan dengan pulau mini.
Taman Bumi ini menarik banyak pengunjung dengan penataan prasarana, perbaikan layanan maupun harga tanda masuk yang rasional, turun dari RM 5 ke RM 2 (tahun 2015). Begitu perahu kecil yang mengantar kami islandhopping bersandar ada beberapa pilihan kegiatan. Mau duduk bersantai di tepian P. Dayang Bunting juga ruang informasi bak museum mini, bermain jetski atau lanjut ke Tasik Dayang Bunting.
Sebagai ekosistem geoforest, banyak monyet berlarian di sekitar tempat duduk kita, lompat ke pepohonan, hinggap di kursi. Mari bersahabat dengan alam.
Hijau turquoise (hijau pirus) menawan, Tasik Dayang Bunting...suatu fenomena geologi danau air tawar terbesar berada di pulau kecil yang mengapung di lautan asin. Secara geologi danau ini terbentuk dari goa yang "amblong" mengalami penurunan dan terpenuhi oleh air tawar yang ditampung oleh rimba menghijau yang mengitarinya. Apa yang bisa dilakukan di tasik ini, aneka rekreasi air tersedia dari leyeh-leyeh hingga berperahu.
Menjamin keberlanjutan masyarakat lokal (sustaining local communities)
Melihat alam nan menghijau lebat, membuat kita bertanya-tanya bagaimana kehidupan masyarakat lokal. Pesona Langkawi sebagai daerah wisata, mengisap hampir seluruh masyarakat lokal dalam denyut nadi wisata. Mulai dari penyedia akomodasi, penyedia transportasi semisal pengemudi perahu sekaligus pemandu wisata, pengelola konsumsi.
Apalagi penetapan Langkawi sebagai pulau bebas cukai, alamak sektor perdagangan berkembang pesat. Tak banyak masyarakat lokal yang menggantungkan hidup pada sektor bercocok tanam, bahan pangan dipasok dari Malaysia daratan. Ooh inikah yang membuat tak terlihat perambahan hutan sehingga pesona Dayang Bunting Marble Geoforest Park terlihat senantiasa menghijau.
Setiap legenda memuat pesan tersirat kesatuan ekosistem bumi, setiap titah sebagai bagian dari bumi terangkai di dalamnya dan saling menjaga. Senyum tersungging di Dayang Bunting.
Artikel mengintip bagaimana Langkawi mengelola perolehan UNESCO global geopark tahun 2007. Sebagai sambutan gempita atas perolehan UNESCO global geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu dan Rinjani-Lombok pada tahun 2018. Menggenapkan perolehan Indonesia atas empat UNESCO global geopark.
Serial Geopark (Taman Bumi):
- Pesona Dayang Bunting "Marble Geoforest Park"
- Pesona Seruling Samudra dari Situs Kebumian Pantai Klayar Pacitan
- Indonesia Memiliki UNESCO Global Geopark Terbanyak di ASEAN
- Geowisata ke Taman Bumi Global Gunung Sewu UNESCO (Siung-Wediombo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H