Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Tradisi Cuci Tikar Jelang Ramadan di Kali Muncul

13 Mei 2018   14:41 Diperbarui: 14 Mei 2018   18:51 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi kasih juga diwujudkan dengan pengakuan bahwa Kali Muncul adalah alam anugerah Tuhan untuk melaksanakan tradisi. Kali Muncul bukan hanya milik individu, atau kelompok penduduk yang berada di sekitarnya namun juga milik komunitas yang lebih luas. Harapan dapat melestarikan tradisi bukankah juga akan dibarengi dengan melestarikan alam Kali Muncul. Tradisi cuci tikar yang dapat diarahkan untuk semakin mencintai sesama yaitu alam lingkungan sekitar.

Tradisi cuci tikar di Kali Muncul dalam sinergi

Berbagai aktivitas ekonomi berada di sekitar Kali Muncul. Selain pemandian Muncul, wisata Kali Muncul, Muncul River Tubing baik yang dikelola oleh perorangan maupun pokdarwis karang taruna setempat. Ada pula wisata pendidikan Langen Tirta, juga industri air mineral kemasan, belum lagi aneka usaha kuliner berbasis hasil alam Rawa Pening. Selain tentunya hamparan areal pertanian dan perikanan.

Terbayang apabila tradisi cuci tikar ini dikelola dalam sinergi antar instansi. Budaya kearifan lokal setempat dengan muatan cinta lingkungan hidup, wisata yang memberdayakan komunitas lokal, industri yang ramah lingkungan. Kerukunan antar umat terbuhul dalam keriangan tradisi.

Apalagi kalau dilihat secara perspektif bentang lahan, sumber mata air Kali Muncul berada di bagian outlet watershed atau daerah tangkapan air bagian atas/hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratunseluna subDAS Tuntang.  Kali Muncul salah satu pemasok aliran ke Rawa Pening yang muaranya keluar di hulu Sungai Tuntang.

Tradisi dan kesejahteraan

Menurut legenda, desa Rowoboni dipimpin oleh Ki Demang dengan istrinya yang cantik jelita. Ki Demang adalah pamong praja nan bijaksana, daerahnya makmur, panenan melimpah dan rakyat sejahtera. Konon secara berkala Nyi Demang mengangin-anginkan sebagian kekayaannya berupa mas raja brana simbol kecukupannya.

Menyimak tradisi cuci tikar di Kali Muncul, Rowoboni, Banyubiru, Kabupaten Semarang yang menguarkan keceriaan. Refleksi kasih dalam skala lokal yang bisa menjadi modal awal sinergi penanganan antar instansi. Upaya yang bermuara pada kesejahteraan berdasarkan kasih dan sinergi.

Setia pada tradisi, memaknai kekiniannya untuk kemaslahatan bersama. Bagaimana tradisi jelang Ramadan di daerah sahabat K?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun