Bumi Nusantara sungguh elok laksana jamrud khatulistiwa, menuai anggukan setuju para penikmat wisata alam. Setiap penjuru mata angin kebun Nusantara menyimpan dan memancarkan pembelajaran kearifan lokal, mari bersama saya merunut artikel kompasiana kategori hijau -- artikel utama (headline). Mengikuti arah mata angin, telaah dimulai dari Timur yaitu Papua, bergeser ke Tenggara diwakili oleh Rote NTT, melaju ke Barat Daya ke Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah, lanjut ke Barat yaitu Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, berbelok ke Barat Laut yaitu Kayong Utara Kalbar dan berakhir di arah Timur Laut yaitu Manado Sulut. Mari belajar kearifan lokal dari kebun Nusantara.
Kearifan lokal dari Timur, pembelajaran dari landak bermoncong panjang. Eksotisitas Papua bumi cenderawasih terutama dari keanekaragaman flora dan fauna-nya memikat banyak peneliti. Salah satunya adalah David Attenborough. Menyimak artikel karya Bapak Ronny Noor bertajuk David Attenborough, Sang Naturalis yang Namanya Paling Banyak Diabadikan, membuat berdecak bagaimana totalitas seorang peneliti terhadap dunia satwa yang dicintainya.
Screenshot tulisan Ronny Noor di Kompasiana
Nama peneliti disematkan pada landak bermoncong panjang (
Zaglossus attenboroughi) hewan langka yang ditemukan di pegunungan di wilayah Papua, bumi ujung Timur Indonesia. Latar belakang Pak Ronny Noor yang geneticist, pemerhati pendidikan dan budaya, membuat tulisan ilmiah beliau enak dinikmati. Menyentuh budaya masyarakat yang sering memburu hewan ini untuk sajian makanan istimewa. Tulisan ini mengulik rasa ingin tahu sehingga mendorong mencari bacaan penguatnya, bersyukur mendapati beberapa tulisan mengenai upaya konservasi, upaya penyadaran melestarikan hewan langka sebagai kekayaan alam berdasarkan kearifan lokal yang berlaku. Terima kasih landak moncong panjang, untuk pembelajaran kearifan lokal dari Papua. Â
Zaglossus attenboroughi landak bermoncong panjang yang ditemukan di pegunungan di Papua. (dari artikel Ronny Noor)
Kearifan lokal dari Tenggara:Lalaa, Sistem Pengolahan Lahan Sekaligus Ruang Publik Orang Rote.Senang sekali menikmati postingan ini, melengkapi secuil pengetahuan budaya bertani
Atoni Pah Meto yang berkembang di Timor-Nusa Tenggara Barat (NTT) yang sempat didatangi puluhan tahun silam. Apalagi tulisan ini disajikan oleh Bapak
Semuel S. Lusi yang mengalami langsung.
Screenshot tulisan Semuel S. Lusi di Kompasiana
Artikel ini mengulas
lalaa mamar yang menyimpan jejak praktek demokrasi lokal warisan nenek moyang Rote yang masih terawat baik. Terkesima dengan aspek pemilihan komoditas yang diutamakan pada kelapa, pinang dan sirih yang memiliki peran penting dalam upacara ritual dan kebiasaan keseharian. Jenis tanaman ini secara agroekologis cocok dengan iklim setempat, menopang aspek kelestarian lahan dan bernilai ekonomi tinggi. Penataan sistem kelembagaan, pola bagi hasil semuanya tertuang dalam tatanan budaya adat setempat. Bukankah ini penerapan aspek 3P,
planet, people dan
profit dasar pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan (
sustainable). Luar basa masyarakat Rote memiliki
Lalaa, kearifan lokal pengelolaan lahan yang tak lekang oleh waktu. Terima kasih
Lalaa mamar kearifan lokal dari Rote.
Kebun Sirih di Mamar (sumber artikel Semuel Lusi)
Kearifan lokal dari Barat Daya:Â Candi Dwarawati Sendiri Menemati Petani Dieng. Cara agak elegan untuk
nebeng tulisan sendiri dalam kurasi belajar kearifan lokal dari kebun Nusantara. Dieng berasal dari kata
Di Hyang,
Di dari kata
ardi atau gunung dan
hyang bermakna dewata, Dieng adalah gunungtempat tinggal Dewata. Nama candi Dwarawati mengingatkan pada nama kerajaan Dwarata yang dipimpin oleh Prabu Kresna penasihat arif bijak para Pandawa. Lantas apa maknanya bagi kehidupan petani disekitar Dieng?
Screenshot tulisan di Kompasiana
Artikel tersebut mengulas bagaimana penggunaan lahan di areal sekitar dataran tinggi Dieng berindikasi melampaui daya dukung lahan. Penurunan produktivitas lahan, perambahan lahan petani ke areal pamujan perlu diwaspadai agar keseimbangan alami tidak mengganggu kelestarian kehidupan bersama. Keberadaan Candi Dwarawati seolah mengingatkan setiap pengelola wilayahsetempat selaku pemegang mandat pemelihara bumi, bahwa di sisi berkat yang melimpah selalu ada tanggung jawab memelihara alam. Kearifan lokal dari Dieng untuk kehidupan bersama.
Candi Dwarawati inspirasi kearifan lokal Dieng (dok pri)
Kearifan lokal dari Barat: Pembelajaran dari kawasan gambut Sepucuk, SumSel. Mas
Dhanang Dhave menyuguhkan artikel
Bonn Challenge, Tantangan untuk Restorasi Lingkungan. Mengulas Bonn Challenge, tantangan untuk mengembalikan fungsi lingkungan seperti sedia kala yang berawal dari kesepakatan di kota Bonn. Bonn Challenge 2017 yang diikuti oleh 28 Negara digelar di Sumatera Selatan, lalu kontribusi dan komitmen apa yang kita bangsa Indonesia sumbangkan?
Screenshot tulisan Dhanang Dave di Kompasiana
Provinsi Sumatera Selatan relatif kerap mendapat protes sehubungan dengan polusi udara akibat kebakaran hutan gambut. Nah kali ini peserta Bonn Challenge diundang ke Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, wilayah hutan gambut yang mengalami degradasi lahan akibat kebakaran. Upaya restorasi lahan dilakukan dengan penanaman bibit  Jelutung (
Dyera lowii). Sebagai pengikat, 100 peserta dari 28 negara diminta menjadi orang tua asuh bagi bibit jelutung yang ditanam. Balitbang lingkungan hidup dan kehutanan Palembang secara berkala memantau dan melaporkan perkembangan 'anak asuh' kepada 'orang tua asuh'. Artikel ini menggelitik untuk menelusur lebih lanjut tanaman jelutung. Jelutung di Sumatera disebut
labuai, tanaman rawa ini bernilai ekonomis tinggi, Indonesia sebagai pengekspor getah jelutung terbesar di dunia. Tanaman ini juga disebut pohon permen karet karena salah satu produk turunan getahnya adaah permen karet. Jelutung, tanaman lokal pewakil kearifan lokal dari Sepucuk semoga bergema global melalui
Bonn Challenge 2017.
Penanaman Jelutung di kawasan gambut Sepucuk (artikel Dhanang Dave)
Kearifan lokal dari Barat Laut: Pembelajaran dari Kayong Utara, KalBar. Ada Banyak Cara yang Bisa Dilakukan untuk Merawat Tradisi,demikian artikel karya Mas
Petrus Kanisius. Mengulas tentang tradisi perajin tikar pandan di tanah Kayong.
Screenshot tulisan Petrus Kanisius di Kompasiana
Kerajinan tikar pandan melekat dengan tradisi budaya masyarakat setempat. Aktivitas ekonomi yang berasal dari sumberdaya alam setempat/lokal. Untuk merawat tradisi, penulis menyorot perlunya pelestarian dan inovasi teknis dan pola. Salah satu pola/corak yang terkenal adalah motif pucuk rebung sebagai penciri khas, tentunya ada falsafah nilai kearifan lokal dari pucuk rebung ini. Hal yang kalah pentung menurut penulis dalam merawat tradisi perajin tikar pandan bukan hanya bertumpu pada memanfaatkan pandan yang ada saja namun harus dibarengi dengan kepedulian untuk melestarikan tumbuhan ini. Pesan ekologis yang arif untuk menunjang ekonomi.
Lihat Inovasi Selengkapnya