Rasa nggege mangsa, keserakahan merengkuh hari esok menjadi hari ini, berpotensi merusak relasi dengan alam. Pencapaian tujuan dengan eksploitasi sumber daya alam melebihi daya dukung alam. Terganggunya relasi dengan alam mengundang kecemasan ekologis yang berdampak lokal hingga global.
Nggege Mangsa dan Relasi dengan Pencipta
Sebagai pribadi setiap kita selain terikat dalam relasi sosial, relasi dengan alam juga ada dalam relasi dengan Sang Pencipta. Pernyataan eksistensi diri, sebagai bagian titah bersama dengan sesama dan alam akan tunduk pada penataan sang Pencipta. Merancang mangsa dengan kekuatan pribadi meniadakan izin Pencipta.Â
Falsafah mbudidaya linambaran nyenyuwun marang Gusti, berupaya menggapai cita berlandaskan permohonan kepada Tuhan, wujud pernyataan manusia yang terikat dalam relasi dengan Pencipta. Nggege mangsa keserakahan merengkuh hari esok menjadi hari ini, mulai mengusik relasi dengan Pencipta, melahirkan kecemasan krisis identitas, menumbuhkan benih prasangka buruk pada penyelenggaraan Illahi.
Pengingat untuk tidak nggege mangsa, keserakahan merengkuh hari esok menjadi hari ini, berkenaan dengan etika dan filsafat manusia. Nggege mangsa yang mengait pada setiap aspek kehidupan semisal proses penyembuhan dari sakit, keberhasilan studi, kenaikan pangkat maupun jabatan. Melekat dengan sikap hidup yaitu pengendalian diri dan pernyataan jati diri sebagai individu, relasi sosial, relasi alam dan relasi dengan Pencipta. Sebuah pengingat bahwa 'Keserakahan merengkuh hari esok menjadi hari ini hanya akan membawa kecemasan'. Selamat berproses.
Bagian dari pengingat diri. Salatiga, 11 Januari 2018 (tidak berhasil menyematkan huruf e taling, e pada nggege dibaca seperti e pada kata sate)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H