Kota Batu, kota wisata yang tidak pernah membuat bosan. Secara alami, kota yang berhawa sejuk ini memang memikat. Tak pelak julukan De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa disematkan oleh bangsa Belanda kepada kota ini. Tak hanya mengandalkan keindahan alam, kini kota Batu semakin berbenah dengan menambah obyek wisata.
Senja kala adalah bagian siklus waktu yang menarik, saat peralihan dari gegap siang ke senyapnya malam. Secara alami bioritme tubuh menyesuaikan kosmis bumi. Senja saatnya rehat, waktu mengajarkan saat titah melupakan rehat kala senja akan menjadi mangsa sang kala. Selain rehat bersama keluarga tercinta di rumah, dimanakah tempat yang nyaman untuk sejenak rehat bersama kerabat?
Alun-alun ya alun-alun. Itu pula yang kami tuju saat bersama ibu-ibu dasawisma berwisata ke Kota Batu. Alun-alun perwujudan ruang terbuka hijau untuk publik. Alun-alun menjadi jujugan wisata di banyak kota, bahkan kota-kota lama di banyak negara menjual wisata alun-alun sebagai komoditas andalannya. Berkunjung ke alun-alun yang identik dengan 'rumah warga' serasa menjadi bagian dari masyarakat yang daerah yang kita singgahi. Pada umumnya komposisi alun-alun sebagai ruang 'paseban' terbuka dekat dengan pusat pemerintahan religi semisal masjid agung ataupun rumah ibadah yang lain, berdekatan dengan pusat pemerintahan eksekutif semisal kantor Bupati ataupun Wali Kota.
Apa yang bisa dinikmati saat perkunjungan senja di alun-alun Kota Batu?
Masjid Agung An Nuur. Sholat Maghrib di masjid agung Kota Batu, itulah yang dilakukan oleh beberapa sahabat. Masjid yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda dan telah mengalami beberapa kali renovasi, kini tampil megah anggun menjadi kebanggaan warga Kota Batu. Berada di pusat kota disamping alun-alun kota wisata, masjid agung ini juga ramah pengunjung.
Apel raksasa pewakil Apel Batu jenis manalagi, anna maupun rome beauty. Kota Batu juga dikenal sebagai kota apel. Apel manalagi (Malus domestica Borkh kultivar batu manalagi) adalah flora identitas Kabupaten Malang. Awalnya wilayah Batu adalah bagian dari kabupaten Malang, yang kemudian meningkat menjadi kota administratif dan kini menjadi Kota Batu yang terpisah pengelolaan pemerintahannya dari Kabupaten Malang. Berdasarkan Statistik Daerah Kota Batu2016, pada tahun 2015 populasi tanaman apel di Kota Batu sebanyak 1,1 juta pohon mampu menghasilkan buah apel sebanyak 671,2 ton.
Kuliner Pos Ketan Legenda 1967. Saat bertanya kepada pedagang di pojokan alun-alun, ditunjukkan arah ke gerai ketan dengan pesan, antri sejak maghrib akan mendapat giliran mencicip lezatnya ketan saat isya. Menggambarkan ramainya pembeli, lantas surutkah minat kami? Penganan ini sudah melekat di angan-angan kami harus dicoba di tempat aslinya meski harus mengikuti antrian. Syukurlah antrian hanya sekian puluh. Pengantri di kasir akan membayar pesanan dan mendapat no panggilan, semisal no xx makan di tempat dan no xy bungkus. Serasa panggilan antrian obat di apotek. Eh bukankah ketan juga obat lapar ya.
Rumah Susu Ganesha. Antrian panjang persis di depan antrian panjang ketan legenda, menarik perhatian saya. Apalagi setiap pengunjung yang keluar dari gerai tersebut membawa tentengan susu. Itulah rumah susu ganesha dengan produk susu segar kemasan maupun sajian hangat serta produk olahannya. Potensi lokal Kota Batu sebagai daerah penghasil susu yang dikemas apik sebagai pengungkit ekonomi. Penanda nama ganesha juga peneguh ikatan sejarah dengan Singosari. Yoghurt dari gerai ini sungguh enak, kami mencoba varian moka, durian dan vanila.
Salatiga, 6 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H