Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Filosofi Kopi dalam Selembar Batik Gemawang

15 Juli 2017   20:12 Diperbarui: 15 Juli 2017   20:14 4050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik Gemawang motif daun kopi (dok pri)

Batik Gemawang motif biji kopi
Batik Gemawang motif biji kopi
Biji kopi adalah bagian tanaman yang bernilai ekonomi paling tinggi. Perjalanan panjang dilalui oleh biji kopi untuk mempersembahkan bubuk kopi yang dirindu penikmatnya. Mulai dari proses pengelupasan basah, pengelupasan kering hingga harus rela masuk ke dalam sistem pencernakan musang alias luwak. [bukankah harga kopi luwak begitu tinggi] Sang biji harus melalui proses disangrai hingga dikuliti cangkangnya. Panas dan tekanan tinggi dilewati demi menghasilkan bubuk kopi.

Belum selesai, untuk menguji keharuman aroma kopi sang bubuk harus rela diseduh air panas. Konon semakin panas air seduhan semakin wangi aroma kopinya. Tak heran salah satu filosofi kopi adalah semakin menguar keharumannya oleh siraman air panas. Pribadi kopi adalah pribadi yang tahan tekanan, yang mewangi oleh aneka ujian tekanan dan panas.

Perajin batik Gemawang melukiskan filosofi biji kopi ini dalam salah satu motif batik yang dikerjakan. Sambil menorehkan cantingnya pembatik melukiskan harapannya akan penghargaan penikmat batik atas kerja keras dan proses panjang menghasilkan selembar batik tulis. Lantunan doa yang sama kiranya keharuman kopi menguar dari pribadi pemakainya. Kearifan lokal pengungkit wisata dalam selembar batik.

Filosofi Kopi dalam Selembar Batik Gemawang, Anda berminat mencicipnya. Salam harum kopi

 Salatiga, 15 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun