"Coba deh lu liat gaya orang-orang Asia berfoto di sosial media. Kebanyakan kan mereka foto bareng makanan trus trus ... tangannya membentuk huruf V." Padahal, Unao sendiri yang biasa berpose bareng bakwan sambil nyengir setan dengan tangan 'peace'nya saat acara makan-makan di warung Mak Kit. Benar-benar najis tralala!
Hanya berselang beberapa detik, mata Nana kembali menemukan sosok lelaki yang menyeruduknya tadi. Posisi lelaki itu kini menatap lekat-lekat jajaran senjata api yang tersimpan rapat di dalam lemari kaca.
Ragu, Nana mendekati jajaran laras panjang itu. Ia ingin membuktikan siapa pemilik wajah di balik punggung berkaos biru itu, bukan menikmati isi museum.
Mula-mula Nana menjajari, pura-pura berkonsentrasi dengan benda-benda di depannya. Kemudian mata Nana mulai mengeksekusi. Pandangannya menemukan sepatu kets, gelang hitam berbahan benang katun, jam tangan gambar lumba-lumba biru dan cincin akik hijau.
Ini ...
Wajah Nana didongakkan ke arah jam tiga sekira enam puluh derajad garis linear. Nana berteriak dalam mulut terbekap tangannya sendiri.
Merasa ada sesuatu (atau seseorang) di dekatnya, lelaki itu menoleh. Kedua pasang mata itu beradu.
***
Seorang perempuan dengan carier hitam yang menutupi hampir separuh tubuh bagian atas berdiri di depan pagar besi. Terik matahari bulan Mei berpendar sempurna dari teralis besi berwarna putih yang sepertinya catnya masih baru. Ada bau menusuk hidung manakala berdiri di sana, aroma zat kimia. Perempuan itu urung memencet bel pintu yang berada tepat di bawah nomor rumah, 13. Ia malah mengusap HPnya, mengecek posisi dengan peta GPSnya dan memastikan alamat yang tertera di pesan elektroniknya adalah rumah yang kini ada di depan hidungnya.
Jalan Pelangi nomor 13 ...
Teeet ... Teeet ...