Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Konflik Rusia-Ukraina Akankah Menyulut Perang Dunia III?

4 Maret 2022   13:10 Diperbarui: 4 Maret 2022   13:47 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang nuklir dengan ledakan Bom Atom (Sumber : Paragram.id)

Invasi yang terjadi oleh Rusia terhadap Ukraina disebut-sebut oleh Putin, Presiden Rusia, sebagai bentuk pertahanan dirinya dari NATO. Putin beralasan bahwa penyerangan yang dilakukan adalah pencegahan pembangunan pangkalan militer di Ukraina yang dapat membahayakan ibu kota Rusia yaitu Moskow.

Disisi lain, media juga memberitakan keprihatinan para rakyat Ukraina yang harus mengungsi dari negaranya karena serangan-serangan bom yang dilancarkan oleh Rusia. Presiden Ukrainapun meminta simpati negara-negara di dunia dengan memberikan sanksi hukuman terhadap Rusia. Tidak terkecuali FIFA persatuan olahraga yang janjinya tidak tercemari oleh urusan politik.

Menyikapi hal itu, Indonesia telah menyerukan pernyataan perdamaian yang telah dikeluarkan oleh Presiden Jokowi. Melihat keadaan seperti ini, akankah Peran Dunia III akan terjadi? Apa yang membedakan dengan perang dunia II? Bagaimana Indonesia bersikap terhadap hal ini berdasarkan politik bebas aktif cetusan pendiri negeri ini?

Dalam Perang Selalu Terselubung oleh Kepentingan

Banyak artikel dan sikap netizen yang mendukung Rusia karena alasan pertahanan diri, Kharisma Putin sendiri, hingga sikapnya yang pro terhadap Islam. Tentu saja hal ini jauh berbeda dengan sikap barat yang lebih mendiskreditkan Islam bahkan sejak tahun 2000 mem-framing Islam sebagai musuh baru dunia dengan sebutan teroris.Walaupun tidak sedikit juga netizen yang turut mengecam karena urusan kemanusiaan.

Meski demikian, tidak baik jika kita menyatakan sikap terang-terangan pro Rusia sebagaimana halnya negara-negara komunis seperti Cina, Korea Utara, dan Iran. Mengapa? karena kita masih dikuasai barat, alasan detilnya akan saya sampaikan pada bagia sub judul politik bebas aktif Indonesia.

Putin sebenarmya melakukan tindakan yang bijak untuk negaranya, tapi tidak untuk kemanusiaan. Analogi yang dilakukan Putin menurut saya mirip yang dilakukan Presiden Harry Truman saat menjatuh Little Boy sebutan Bom Atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 lalu. Kebijakan AS saat itu dilakukan akibat penyerangan tentara Jepang di Pearl Harbour sekaligus senjata pamungkas mengakhiri PD II.

Bahasa implisit yang ingin dikatakan Presiden Truman saat itu adalah "Jangan mencoba macam-macam dengan AS". Sebab bisa saja AS tidak menjatuhkan Little Boy atas alasan kemanusiaan bahwa akan ada banyak nyawa yang melayang. Tapi jika tidak dilakukan, Jepang akan semakin "kurang ajar" terhadap AS dengan melakukan penyerangan-penyerangan lanjutan setelah peristiwa Pearl Harbour.

Penyerangan Rusia terhadap Ukraina adalah kebijakan yang hampir sama dengan sejarah diatas termasuk ancaman meledakkan bom nuklir. Rusia ingin menyampaikan kepada Presiden Ukraina. agar jangan macam-macam dengan Rusia terlebih jika Ukraina dan NATO membangun pangkalan militer di perbatasan Ukraina-Rusia.

Namun apakah hanya itu? Tidak. Nyatanya Ukraina juga negara dengan SDA yang kaya. Artinya, jika memang Rusia bisa menginvasi Ukraina dan menjadikannya bagian dari negaranya, Rusia diuntungkan banyak juga. Strategi yang sama yang dilakukan AS saat invasi Irak, Libya, Afganistan, dsb. Hanya bedanya AS menempatkan Presiden boneka untuk mendapat kepentingannya. Saya tidak tahu apakah jika benar-benar Ukraina terinvasi, Rusia akan meniru hal yang sama secara samar (dengan menempatkan Presiden Boneka) seperti AS, atau akan secara terang-terangan mengakuisisi Ukraina sebagai bagian dari wilayahnya.

Propaganda NATO dan Sikap Negara- Negara Lain                     

Kalau kita melihatnya secara lugu, hanya dari sisi kemanusiaan tentu kita akan  seperti negara lain dan negara blok NATO yang mengecam Rusia begitu saja. Tapi Hey! Dimana kalian semua saat AS dan Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap negara-negara yang di invasi AS termasuk Palestina? Dimanakah media-media yang memberitakan kejahatan-kejahatan yang terjadi di negara-negara itu? Tapi mari kali ini kita melihat tidak dari kacamata dendam dan ketidakadilan, melainkan solusi agar keluar dari masalah krisis kemanusiaan.

Ketika kita turut mendukung pengecaman terhadap Rusia sama saja kita bergabung dengan blok NATO. Dengan menguatkan NATO sama saja menguatkan posisi AS sebagai negara Adidaya lagi sebagaimana pernyataan mereka setelah perang dingin saat Uni Soviet bubar. Sikap ini bisa memicu kemarahan Rusia untuk menjatuhkan bom nuklir kapan saja dan dimana saja, karena berpikir "toh semua negara memusuhi saya."

Lalu apakah kita akan bersikap politik seperti Cina? Yang dengan jelas-jelas mendukung Rusia karena satu blok atau sekutu? Tidak bisa juga. Kita harus sadar diri. Kita tidak sekuat Cina secara politik, ekonomi dan militer. Ingat saat tahun 60-an ketika orde lama beralih ke orde baru? saat itu Indoneisa sudah menjadi negara yang condong terhadap blok Barat.

Kecondongan terhadap barat  ini ditunjukkan dengan banyaknya perusaahan AS beroperasi di Indonesia dan hutang kita terhadap IMF dan Bank Dunia hingga kini. Jadi sebelum hutang lunas, jangan macam-macam dengan barat kalau tidak kita nanti semakin terjerat dengan permainan kurs rupiah-dolar plus suku bunga tinggi. Untuk bersikap sombong seperti Cina, Indonesia belum sanggup.

Politik Bebas Aktif dan dan Pencegahan Perang Dunia III                   

Harus kita akui bersama, walaupun Presiden Sukarno banyak  kekurangan,  namun dia jenius dalam dunia  politik. Walau mungkin sikap politik bebas aktif bukan ide dia sendiri yang bersama-sama dengan founder Indonesia yang lain. Politik ini masih relevan untuk diterapkan Indonesia saat ini, serta dipromosikan kepada negara lain untuk mencegah PD III.

Politik Bebas Aktif dalam interpretasi saya bab ini adalah mengacu  pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Jika memang polarisasi Rusia dan NATO semakin memanas dan tajam, alangkah baiknya Gerakan Non-Blok (GNB) dihidupkan kembali. Sebagai informasi, GNB adalah inisiasi 29 negara berkembang yang tercetus dari KAA (Konferensi Asia Afrika) tahun 1955 di Bandung. Nyatanya sejak dibentuk,  GNB ini efektif sejak tahun itu hingga sekarang dalam pencegahan perang yang lebih besar di bumi.

Tujuan besar yang lebih baik lagi adalah jika negara yang tergabung NATO turut bubar agar Rusia tidak merasa terancam lagi. Demikian halnya akan terjadi juga pada negara Blok Timur Rusia dan kawan-kawannya termasuk Cina juga akan ikut netral.

Disisi lain, Amerika dengan elit globalis dibaliknya untuk lebih qona'ah dan tidak berambisi untuk menguasai dunia melalui pengaruh propaganda maupun sumber daya politik-ekonominya.  Hal ini diwujudkan dengan membiarkan setiap negara untuk bebas menentukan nasibnya sendiri. Sehingga bisa mewujudkan bumi yang damai sejahtera karena menghargai perbedaan dan kedaulatan, serta meredam polarisasi dua blok untuk mencegah perang dunia III terjadi.

Wallahualam bisshowab

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun