"Pantaslah.. Kalau dia rajin beribadah padaMu. Ya, Robb.." celetuk setan pada Tuhannya, Allah Subhanahu Wa ta'ala. "Kau beri dia  kehormatan, anak yang banyak, harta dan memberikan segala yang diinginkan manusia kepadanya. "Protes setan lagi. Tuhannya diam namun mendengarkan. "Coba Kau mengubah hidupnya menjadi berlawanan dari sekarang! Apa ia masih taat beribadahMu?! " seolah setan menantang  Tuhannya.
Namun yakin akan nikmat hamba yang dikasihi-Nya, yang menyembah Tuhan bukan karena harta dan keindahan dunia, maka  Allah mengabulkan  permintaan Iblis. Satu per satu dari ratusan ternak Nabi Ayub mati. Kebun buah dan sayur yang luas tiba- tiba kering tak menghasilkan,  terpaksa harus merumahkan karyawan. Mendadak ia menjadi miskin.
Tak sampai disitu. Anaknya yang banyak, satu per  satu meninggal tak tersisa.  Sampai hanya tinggal dia dan istrinya.  Ujian belum berakhir,  Allah benar-benar ingin menguji imannya.  Sesuatu yang berharga mahal pun diuji yaitu kesehatannya. Selama 18 tahun menjadi pesakitan, bahkan tak ada satu pori-pori bagian tubuhnya yang tak kena penyakit kecuali hatinya yang masih bertakwa pada Allah. Semua orang menjauhinya, kecuali istrinya yang setia bahkan mencari nafkah untuk menghidupi diri dan suaminya.
Bayangkan! Padahal sebelumnya dia punya segalanya yang diidamkan oleh semua manusia di dunia baik harta, keluarga, dan kehormatan. Â Namun nai Ayub tak pernah mengeluh, dia selalu husnudzon pada Allah dan tetap rajin beribadah menyembah Tuhannya.Â
Nabi Ayub tak pernah putus asa dan berharap kalau Allah Maha Segalanya. Mungkin bila manusia biasa akan berdoa untuk mati saja karena tak kuasa menahan beban hidup berat. Namun ia masih menjaga optimismenya selain kepasrahan yang mendalam. Kalau Allah bisa mengambil semuanya seperti dulu, bukan mustahil dia mengembalikan semuanya bahkan lebih.Jika penderitaan untuknya baik menurut Allah, maka dia Ikhlas.Â
Kesabaran menanggung  penderitaan ini akhirnya berakhir .  Pelan-pelan Allah memberikan karunianya sebagai hadiah kesabarannya satu persatu. Pertama, Allah angkat  penyakitnya hingga sembuh.  Hartanya sedikit demi sedikit terkumpul dan lebih kaya lagi.  Istrinya subur kembali dan memiliki anak lebih banvak lagi.Â
Begitu pula ternaknya lebih banyak dari sebelumnya, demikian orang-orang yang bekerja padanya.  Entah menderita atau gembira, tak membutakan Nabi Ayub sehingga ia  tetap menjaga beribadah menyembah Rabb-nya.  Setan?  Hanya merengut cemberut terus cara mangsa baru yg imannya lemah yang mudah tersesat oleh titipan semata.
11 Juli 2017
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."(Allah berfirman), "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (QS. Shad: 42-43).
 "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi (2) Dan sesunggunya KAMI telah menguji orang2 yang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang2 yang benar dan sesungguhnya DIA mengetahui  orang2 yang dusta (3)."  (Al-Qur'an, surat Al - Ankabuut (29), ayat 2-3). Â
Ini kisah yang pernah saya tulis dan rangkum dari kenangan 4 tahun lalu di facebook. Namun sepertinya sangat relevan dengan kejadian saat ini terlebih bagi keluarga korban covid yang tiba-tiba ditinggal oleh orang yang disayangi. Walaupun cerita ini sudah umum, tapi setidaknya menjadi inspirasi sekaligus pengingat tentang hakikat hidup di dunia ini.
Dua hal utama yaitu pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian serta tetap menjaga iman. Kedua adalah kepasrahan bahwa semua yang dimiliki adlaah titipan, setiap saat dapat Tuhan ambil atau dikembalikan sesuai KehendakNya.
Wallahu a'lam Bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H