Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalur Pesepeda Perlukah Dibongkar?

19 Juni 2021   21:18 Diperbarui: 19 Juni 2021   21:33 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur sepeda (sumber : minews.id)

Meskipun saya bukan orang yang tinggal di Jakarta dan bukan pula komunitas bersepeda tapi saya ingin turut bersuara  terhadap isu ini. Jalur pesepeda perlukah dibongkar? Jawabannya tidak. 

Jadi menurut hemat saya Kapolri tidak perlu studi banding ke negara maju, selain membuang uang dan membuang waktu, studi banding juga beresiko terhadap kesehatan terlebih dengan sudah bayaknya varian mutan covid- 19 yang tersebar. 

Varian mutan ini kan beresiko tidak hanya untuk yang belum vaksin tapi juga bagi yang sudah. Mengapa alasan pembongkaran terdengar tidak relevan dan tidak perlu dilakukan ? Berikut alasannya:

Jalur pesepeda bukan bentuk diskriminasi

  Awal mula anggapan jalur pesepeda dianggap diskriminasi karena pengendara mobil dan motor menganggap jalur pesepeda adalah bentuk privilege untuk sampai tujuan lebih cepat ketimbang yang kendaraan bermotor. Opsi ini mengkhawatirkan bilamana pemilik motor mahal juga menuntut hak yang sama. Opini ini cacat logika karena sudut pandang yang dilihat adalah harga sepeda yang digunakan pesepeda di jalur pesepeda adalah harga mahal, sehingga menganggap bahwa privilege  tersebut berdasarkan harga. Tidak terkecuali tuntutan untuk pemilik kendaraan mahal yang lain.

Logika jalur pesepeda seharusnya dilihat bukan pada harga, melainkan dampaknya pada lingkungan. Jalur pesepeda adalah bentuk substitusi dari kendaraan bermotor yang memiliki dampak positif jauh lebih banyak yaitu pertama mengurangi polusi udara  dan kedua menggalakkan hidup sehat banyak gerak. Dengan kata lain jika pengendara mobil dan motor ingin cepat juga, jawabannya sederhana beralihlah naik sepeda.

Jalur Pesepeda Seharusnya Tidak Menyebabkan Macet 

Pada dasarnya selama ibu kota belum pindah, Jakarta akan terus macet walaupun nanti jalur pesepeda benar-benar dibongkar. Karena hal itu bukan solusi yang signifikan. Tata kota dan kelola Jakarta yang dulu tidak visioner seperti calon IKN masa depan di pulau Kalimantan yang mengedepankan moda transportasi umum. Terlebih volume kendaraan bermotor yang terus meningkat, ya yang ada paling cuma nambah jumlah jalan layang seperti sebelum-sebelumnya

Kapolri cukup bijaksana dengan bilang akan belajar dari negara maju dan merupakan jawaban diplomatis. Namun sebenarnya tidak perlu berangkat kesana ya.. karena kita bisa belajar dari film documenter, film biasa, koran, jurnal, majalah, berita, dan sebagainya betapa sepeda lekat dengan kehidupan negara maju. Contohnya Eropa, Cina, Jepang adalah negara-negara yang hobi bersepeda dan jalan kaki.

Katanya alasan sepeda menimbulkan macet adalah karena mengambil sebagian jalan dari pengendara kendaraan bermotor. Padahal kalau logika analisa ruang dipakai, satu mobil paling tidak mengambil ruang 3 x 2 meter bayangkan jika hanya berisi 2 orang bahkan 1 orang. Ruang dengan luas yang sama bisa untuk berapa sepeda? Bisa 4 -6 orang. Mana yang lebih efisien? Jadi sepeda menimbulkan macet adalah salah besar. Belajarlah dengan kearifan kehidupan desa yang tidak macet karena tidak semua rumah menggunakan mobil dan kalaupun punya tidak setiap anggota punya masing-masing.

Bersepeda bentuk substutusi untuk lingkungan yang lebih sehat 

Kita ketahui bersama bahwa Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi yang tinggi  dengan data terbaru perhari ini dari iqair yaitu menenmpati unrutan ranking 4 sebagai paling berpolusi sedunia. Ranking ini diraih setelah Dhaka Bangladesh, Krasnoyark Rusia, dan Dubai Uni Emirat Arab. Prestasi yang tidak terlalu membanggakan ini terntu saja sebagian besar karena kontribusi kendaraan bermotor baik mobil, motor, angkot, bus, maupun bajai.

Kondisi udara seperti ini tentu bukan pertanda baik bagi warganya mengingat data kenaikan penularan covid yang makin meningkat. Karena tidak kita pungkiri bahwa udara yang bersih adalah salah satu syarat untuk paru-paru yang sehat dan kuat termasuk menangkal virus. Seharusnya dengan ramainya gaya hidup bersepeda perlu diapresiasi dan dikembangkan secara masiv. Bayangkan jika semua pengendara kendaraan bermotor menggunakan sepeda, bukankah akan sangat berdampak bagus pada udara di Jakarta?

Merumuskan hal yang lebih Penting dan urgent

Alih-alih hanya memperhatikan Jakarta atau studi bandiing keluar negeri, kenapa tidak turun ke pelosok Indonsia yang masih perlu banyak diperbaiki. Misalkan pwerumusan kebijakan perusakan hutan, akses jalan yang sulit bagi sebagian rakyat Indonesia, listrik dan akses internet yang belum merata disebagian daerah, gizi buruk, perusakan laut, ketidaktersediaan lapangan kerja sehingga harus urbanisasi, perkawinan dini karena kemiskinan, stunting karena kurang pendidikan, fasilitas kesehatan yang hanya berpusat di kota besar, kurangnya tenaga medis, mahalnya biaya pendidikan bidang medis, pengaturan kebijakan ekspor-impor untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, membangun pengembangan kota ekonomi baru, penanggulangan dan deteksi dini gempa, dan masih banyak lagi masalah dipelosok negeri ini ang butuh perhatian dari DPR RI.

Menurut hemat saya karena biasa tinggal di Jakarta, DPR RI jadi rasa DPRD Provinsi Jakarta. Padahal di Jakarta sendiri sudah ada DPRD, jadi akan lebih baik melaksanakan tugas sesuai jobdesknya masing-masing.  Untuk itu langkah baiknya sebagai wakil rakyat memperhatikan kehidupan rakyat di seluruh Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar.

 Tak ada salahnya untuk studi banding keluar negeri, tapi bukankah lebih perlu blusukan ke pelosok negeri? Agar paham penderitaan rakyat di luar Jakarta dan diluar Jawa. Agar paham mengapa ada gerakan-gerakan separatis. Karena kemakmuran yang tidak merata adalah akan membuat sakit hati rakyat yang jauh dipelosok sana. Terlebih hanya dihibur siaran tv yang hanya memamerkan keglamoran selebiritis.

Meski demikian, saya tidak pro terhadap pesepeda yang melanggar aturan termasuk juga yang sombong-sombongan. Jalur pesepeda juga ada baik tidak hanya diperuntukkan sepeda-sepeda mahal dan sepeda lipat yang mahal. Bahkan saya sarankan agar becak sebagai transportasi umum juga diadakan biar Jakarta serasa di Jogja yang ramah dan saling menghargai antar pengendara dan pengguna jalan.

Wallahu a'lam Bisshowab

Referensi : 

Iqair.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun