Saya salah seorang kompasianer yang concern dengan isu covid 19 sejak kemunculannya di Indonesia setahun yang lalu. Covid 19 memang banyak mengambil kebebasan kita semua tidak terkecuali dalam ibadah. Ibadah puasa tahun 2020 mungkin adalah yang terberat daripada tahun-tahun sebelumnya.
Mengutip pepatah dalam bahasa Inggris : "What doesn't kill you, make you stronger." Covid memang telah membunuh banyak orang pada tahun 2020 lalu. Namun saya yakin bagi orang-orang yang tahun  ini telah telah lolos dari maut yang disebabkan oleh covid, mereka adalah orang-orang yang kuat dan tangguh.
Tidak hanya secara fisik dan ekonomi, melainkan juga secara emosi dan pertumbuhan spiritual. Lalu apa saja hikmah yang dapat kita petik dari ramadhan tahun lalu saat ditengah covid yang dapat menjadi pelajaran untuk ramadhan tahun ini? Berikut akan saya jabarkan apa saja menurut refleksi pemikiran saya :
1. PSBB dan PPKM Mengubah Fokus dari Ke luar Menjadi Ke dalam
Dalam rangka social dan physical distancing, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) dan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kedua aturan ini pada intinya adalah untuk mengurangi mobilitas masyarakat agar dapat meminimalkan infeksi penularan. Hal ini membuat kita mau tidak mau harus berkegiatan di rumah baik untuk bekerja atau menghibur diri.
Kita semua tidak dapat memungkiri bahwa keadaan sebelum munculnya covid-19 membuat kita selalu berfokus keluar. Kita bekerja, belakar, bermain, tidak terkecuali mencari kebahagiaan. Dengan dibatasinya mobilitas untuk keluar, pada akhirnya kita perlu untuk mau melihat diri kita kedalam.
 Berinstrospeksi, bermuhasabah diri, merenungi perjalanan hidup yang telah kita lewati, menghitung harta dan ilmu yang telah kita dapati, serta apa yang kita inginkan dan harapkan dimasa depan? Apakah kegiatan yang telah dan akan kita lakukan berarti atau sekadar mengisi waktu luang bahkan malah menimbulkan kerusakan?
2. Belajar Lebih Mementingkan Esensi Daripada Materi
 Pada saat ramadhan memunculkan budaya berkumpul bersama seperti ngabuburit, berbuka bersama, tarawih berjamaah, dan sahur bersama. Budaya yang demikian memiliki nilai positif seperti meningkatkan persaudaraan atau silaturahmi dan berbagi cerita, dan melepaskan stress karena sebagai ajang curhat.
Namun kadang ada perilaku yang kurang baik entah sadar atau tidak kita sadari. Seperti  karena keasyikan ngabuburit dan bukber malah meninggalkan solat Ashar dan Magrib bahkan Isya. Momen bedug magrib menjadi ajang untuk menggibah saudara kita yang lain yang diluar cricle. Selain itu, berbuka puasa menjadi ajang balas dendam karena seharian kelaparan. Sehingga meninggalkan makanan sisa yang kemudia dibuang sia-sia sebagai sampah.