"Baju baru alhamdulillah..
Tuk dipakai dihari raya
Tak adapun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama"
Lirik lagu ini adalah lagu anak2 yang trending tahun 90 an dinyanyikan oleh Death Ananda. Sederhana, tapi mengajarkan paradigma relativisme dalam memaknai lebaran.
Lebaran kali ini seharusnya berbeda juga disesuaikan dengan konteks new normal. Salah satu bentuk menyambut new normal ini adalah tidak harus beli baju pas lebaran. Dengan kata lain tidak terlalu euforia dengan lebaran. Karena esensi yang terpenting bukan lebarannya, tapi ramadhan itu sendiri.
Rebutan beli baju pas lebaran itu warisan gaya hidup generasi baby boomer dimana tahun 60-70 an adalah masa susah. Orang2 pada zaman itu hanya bisa beli baju baru dan makan ayam pas lebaran doang ( karena dulu dua hal ini mahal banget) .
Sekarang, kita generasi milenial dan generasi Z kalau mau bisa makan ayam tiap hari, beberapa kalangan bisa beli baju kapan saja. Ngapain "se-grayak" itu masuk mall?
Konsekuensinya, kalau masih udik  ketika masuk mall, dijamin PSBB makin lama, makin menderita saudara2 kita yg kerja di sektor pariwisata. Kitapun juga menderita dengan kegabutan ini.
Mari (berusaha) bersikap biasa saja pas lebaran. Gotong royong tidak hanya saling membantu pangan tapi saling menjaga jarak. Kalau bisa pura-pura lupa dengan mantan, kenapa tidak bisa pura-pura tidak butuh baju lebaran? Hehe
 Untuk pengelola bisnis yang lain harap bisa mengambil pelajaran. Belajar dari MC Donald sarinah, batik air,  CBD Ciledug agar siap dulu dan mampu mendisiplinkan pengunjung. Kedepannya agar economy bisa jalan, namun penyakit tidak menyebar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H