Mohon tunggu...
Novya Fitri
Novya Fitri Mohon Tunggu... Guru - guru paud

hobi membaca.. travelling

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku Fiksi Cerita Rakyat 33 Provinsi

18 November 2023   18:00 Diperbarui: 18 November 2023   18:09 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KUMPULAN CERITA RAKYAT 33 PROVINSI

DARI ACEH SAMPAI PAPUA

Tebal                                 : 128 halaman.

Sampul buku                    : Full Color. Gambar animasi kartun.

Penerbit                            : Lingkar Media.

Diceritakan kembali        : Yustitia Angelia

ISBN                                  : 9786023650118

 

Synopsis

Buku Kumpulan dongeng cerita rakyat Nusantara ini mengisahkan cerita-cerita daerah dari 33 Propinsi di Indonesia. Cerita-cerita rakyat Indonesia kembali di angkat agar anak-anak generasi sekarang ini mengenal dan mengetahui bahwa ada banyak sekali cerita daerah yang bagus dan menarik.

Dalam buku cerita ini, anak-anak dapat pula mengambil contoh dari sebuah perbuatan dan akibatnya. Sehingga, mereka akan lebih mengerti akan konsekuensi atas sebuah perbuatan. Buku ini juga dapat memberikan wawasan dan menawarkan nilai-nilai yang pantas diteladani oleh anak-anak dalam upaya pembinaan kepribadian bangsa.

Salah satu dongeng cerita rakyat yang ada di buku ini adalah dongeng "Batu Menangis" yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat. Dongeng "Batu menangis" ini menceritakan tentang seorang janda tua dan anaknya yang tinggal di sebuah bukit. Anaknya begitu cantik, namun sifatnya tak secantik parasnya. Setiap hari ia selalu bermalas-malasan. Ia juga sangat manja, semua keinginannya harus selalu dituruti tanpa memikirkan ibunya yang miskin. Suatu hari ibunya mengajak anaknya ke desa untuk berbelanja. Anaknya memakai pakaian yang sangat bagus.

Namun, ibunya hanya memakai pakaian yang dekil. Anaknya berjalan didepan dan ibunya dibelakangnya. Banyak pemuda yang terpana akan kecantikannya. Banyak orang pula yang bertanya mengenai ibunya. Namun, ia selalu menjawab bahwa ia pembantunya. Pada akhirnya, sang ibu tak kuasa menahan kesedihan yang diberikan oleh anaknya. Ia berdo'a kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka kepadanya. Atas kehendak Tuhan, sang anak berubah menjadi batu. Meskipun sudah menjadi batu, namun semua orang dapat melihat kedua matanya menitikkan air mata. Sehingga batu ini disebut dengan Batu Menangis.

Dongeng "Buaya Ajaib" dari Irian Jaya Barat. Zaman dahulu kala, di tepian Sungai Tami di Irian Jaya, ada sepasang suami istri yang menantikan kehadiran seorang anak. Sang suami bernama Towjatuwa, ia sangat gelisah karena istrinya yang sedang hamil tua mengalami kesulitan ketika mau melahirkan.

Hanya ada satu cara untuk membantu istrinya melahirkan, yaitu dengan mengoperasinya. Menggunakan batu tajam dari Sungai Tami. Ketika ia sedang sibuk mencari batu tajam, tiba-tiba muncul seekor buaya besar di depannya. Towjatuwa kaget bukan kepalang. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan.

Buaya itu semakin mendekati Towjatuwa dengan tubuh yang terlihat aneh tidak seperti buaya lainnya. Di punggung buaya itu tumbuh bulu -- bulu burung kaswari. Hal ini membuat buaya itu tampak menyeramkan ketika bergerak. Ketika jarak buaya semakin dekat, Towjatuwa mulai bersiap-siap melarikan diri. Tiba-tiba sang buaya menyapa Towjatuwa dengan ramah. Rasa takut Towjatuwa semakin lama semakin hilang karena buaya tersebut tidak seseram penampilannya. Pembicaraan mereka semakin akrab dan santai. "Kamu tidak usah khawatir Towjatuwa. Aku akan menolong istrimu melahirkan," kata buaya ajaib itu.

Towjatuwa merasa senang mendengar hal itu. Ia kembali ke rumah dan menceritakan pertemuannya dengan buaya ajaib kepada istrinya. Esok harinya perut istri Towjatuwa mulai terasa sakit. Towjatuwa mulai panik, ia menunggu-nunggu kedatangan si buaya ajaib. Tapi lama ditunggu tak kunjung datang tiba. Namun di saat-saat terakhir, ketika istrinya sudah tak kuat menahan rasa sakit, Buaya ajaib itu datang ke rumahnya. Wituwe si Buaya ajaib menepati janjinya. Ia menolong persalinan istri Towjatuwa. Akhirnya istri Towjatuwa bisa melahirkan anaknya dengan selamat. Tak lama kemudian terdengar tangis bayi laki-laki memecahkan keheningan malam. 

Towjatuwa merasa lega dan bahagia. Bayinya lahir dengan sehat dan selamat, anak itu diberi nama Narrowra. Towjatuwa sangat berterima kasih kepada si Buaya ajaib. Si Buaya ajaib hanya berpesan, "Towjatuwa, kau dan keturunanmu jangan ada yang membunuh atau memakan daging buaya. Jika kau langgar pantangan ini kau dan keturunanmu akan mati !". " Ya aku akan ingat pesanmu ini hai Buaya ajaib...!" kata Towjatuwa.

Towjatuwa dan anak keturunannya memenuhi janjinya. Mereka bukan hanya melestarikan buaya di sungai Tami, hewan-hewan di sekitar sungai juga tidak mereka ganggu demi menghormati buaya ajaib.

Dan masih banyak cerita dongeng lainnya. Dongeng-dongeng tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dan pada setiap cerita memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri.

Kelebihan Buku

Buku ini cocok untuk dibaca pada semua umur, khususnya pada usia anak-anak. Selain untuk memperkenalkan cerita rakyat, buku ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran akan berbagai provinsi di Indonesia. Dengan mengenal kebudayaan melalui cerita rakyat, diharapkan anak-anak dapat mencintai budaya bangsa kita sendiri. Artinya dengan membaca buku ini, anak-anak akan lebih mengenal kebudayaan, tempat, dan kekayaan alam yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Selain itu, pada setiap cerita terkandung pesan moral yang dapat merangsang kecerdasan emosional dan spiritual anak.

Bahasa yang digunakan penulis mudah untuk dipahami pembaca, khususnya anak-anak. Buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh anak-anak karena selain bahasanya yang mudah dipahami, buku ini dilengkapi ilustrasi gambar yang berwarna pada setiap cerita sehingga anak tidak mudah merasa bosan untuk membacanya.

Kekurangan Buku

Akan tetapi, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pada salah satu cerita di buku ini, terdapat kesalahan dalam penulisan kata. Terdapat pula tanda baca yang kurang tepat, sehingga pembaca sulit untuk memahami jalan cerita tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun