Salah satu keputusan tepat untuk segera menonton Dead Poets Society setelah salah satu aktris favorit merekomendasikan film ini. Sebelumnya mungkin sulit bagi saya untuk mengenal film ini, apalagi Dead Poets Society dirilis jauh sebelum saya lahir. Selesai saya menonton, saya yakin film ini cocok untuk muda-mudi yang sedang mencari jati diri.
Secara umum, Dead Poets Society menceritakan sekumpulan anak muda di Welton Academy yang secara rutin melakukan pembacaan puisi secara bergilir di sebuah pertemuan. Perkumpulan mereka tidak hanya mengubah rutinitas mereka, tapi juga pandangan mereka terhadap dunia dan setiap langkah untuk masa depan, seperti yang sudah diajarkan.
Film ini menceritakan setiap karakter dengan masalah yang harus mereka hadapi.Â
Todd Anderson yang berjuang untuk menjadi lebih berani, Neil Perry yang mengejar passion, hingga Knox Overstreet dengan masalah percintaannya. Seolah film ini menggambarkan akan selalu ada tanggung jawab yang dipikul di setiap pilihan.Â
Satu hal yang pasti, saya jatuh cinta dengan karakter Mr. John Keating. Mendiang Robin Williams sangat apik memerankan tokoh Guru tersebut. Memang sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam berakting.Â
Karakternya yang ramah senyum, dan ekspresif sungguh menarik. Saya rasa Mr. Keating akan menjadi sosok guru favorit saya jika saja ada di dunia nyata.Â
Film yang berlatar belakang tahun 1959 ini memiliki pengambilan gambar yang cukup baik, salah satu scene yang saya sukai yaitu ketika Todd membuat puisi secara spontan di depan kelas. Akting pemeran dengan teknik pengambilan gambar yang mendukung, membuat saya sebagai penonton bisa merasakan gugupnya Todd dan suasana kelas yang hening ketika Todd berhasil melantunkan puisi karangannya sendiri.Â
"You must strive to find your own voice because the longer you wait to begin, the less likely you are going to find it at all" - John Keating
Ya, kesempatan terkadang harus dibuat dan butuh keberanian untuk menyertainya.
Walaupun plot yang cukup mengejutkan bagi saya terjadi ketika Neil memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Padahal, menurut saya Neil merupakan karakter kuat dalam film. Terlebih, Ia adalah orang yang pertama kali menyadari dan mengejar keinginannya sebagai seorang aktor.
Keputusan Neil menambah catatan bagi saya, bahwa terkadang kita tidak mampu untuk memenuhi ekspektasi. Neil harus menahan pahit ketika sikap Ayahnya tetap sama bahkan ketika Ia membuktikan diri dengan keinginan yang Ia kejar.
Saya sebagai penonton mencoba untuk mengambil sisi positif film, karena Dead Poets Society tepat ditonton ketika kita masih bimbang untuk memilih sebuah jalan, menggapai perubahan, dan bertanggungjawab terhadap pilihan melintasi segala aturan. Karena, terkadang diri sendiri yang yang membuat sebuah batasan.
Dead Poets Society menginspirasi kita untuk menjalani hidup dengan penuh gairah dan keyakinan, mengingat fakta bahwa kisah hidup kita adalah naskah milik kita yang siap untuk kita tulis, walaupun akhirnya telah ditetapkan.
Seperti puisi, just don't let your poems be ordinary!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H