Selain film, bagi saya traveling adalah sebuah media pencarian jati diri yang menarik.Bila melalui film saya belajar makna-makna hidup melalui mata dari para penulis naskah, melalui traveling saya langsung terjun langsung untuk belajar mengenal budaya dan tradisi-tradisi baru dari tempat-tempat yang saya kunjungi.Ada banyak sekali hal-hal yang saya pelajari ketika saya melangkahkan kaki memanggul ransel mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi.Travelling disini tentu yang saya maksudkan adalah menjadi seorang backpacker pergi menjelajah tempat-tempat baru yang belum pernah saya kunjungi hanya dengan bermodalkan sebuah ransel dan berbagai macam informasi yang dikumpulkan dari sana dan sini.
Dalam tulisan yang ini, saya hanya ingin sedikit berbagi bagaimana rasanya melakukan sebuah perjalanan solo traveling.Ya solo traveling adalah perjalanan yang dilakukan secara sendirian, tanpa seorang atau beberapa teman yang dapat membantu kita bila kita mendapatkan sebuah kesulitan.Sedikit kilas balik, saya baru saja melakukan perjalanan selama dua minggu full, melintasi beberapa Negara dan beberapa destinasi dengan budaya dan karakteristik yang berbeda.Saya tidak (belum) akan bercerita tentang apa saja Negara dan destinasi yang saya kunjungi, karena bukan itu yang ingin saya bagikan.
Namun yang ingin saya bagikan adalah bahwa sebelum sayamelakukan perjalanan ini, saya belum pernah merasakan bagaimana rasanya melakukan perjalanan keluar negeri dan secara solo travelling, dan tentu saja, saya tidak pernah tahu bagaimana cara melakukan perjalanan ini.Dan lagi saya juga tidak menemukan teman yang mau ataupun bisa diajak melakukan perjalanan ini bersama saya.Namun apakah saya akhirnya mengurungkan niat saya untuk pergi ? tidak, bukan karena saya ingin bertingkah seperti pria pemberani yang bisa berlagak seperti jagoan.Namun karena saya ingin menyelami apa yang menjadi esensi dari sebuah kata traveling/perjalanan itu sendiri.
Ketika saya mengutarakan rencana saya ke orang-orang sekeliling saya bahwa untuk pertama kali saya berbackpacker ke luar negeri dengan “langsung” mengelilingi beberapa Negara yang berbeda seorang diri, hampir semua sekeliling sayamengatakan bahwa rencana saya adalah sesuatu yang tidak masuk akal.Semua mengutarakan bahwa seharusnya saya membawa setidaknya satu teman sebagai pendamping, atau membatasi destinasi saya hanya di satu destinasi saya sebagai latihan saya menjadi seorang traveller.
Jujursaya sempat ciut dan berpikir bahwa apakah salah ketika kita memutuskan untuk pergi sendirian berperjalanan ?ataukah memang ada esensi lain yang saya tangkap namun tidak ditangkap oleh sekeliling saya? Sempat maju mundur memutuskan Namun syukurlah pada akhirnya saya mencoba tetap melakukan perjalanan ini.
Saya tidak akan bicara ngalor ngidul tentang bagaimana perjalanan ini dilakukan, karena bukan itu yang ingin dibagikan.Yang ingin saya bagikan adalah bahwa betapa sebuah solo traveling itu adalah sebuah pengalaman yang tidak bisa dibeli dengan uang dan kiranya perlu dilakukan oleh setiap orang setidaknya sekali seumur hidupnya.
Apa yang saya dapatkan dari sebuah perjalanan solo ? banyak sekali, terutama pengalaman yang mengajarkan saya menjadi lebih mandiri.Namun yang paling terpenting adalah, bahwa ketika saya melakukan perjalanan ini, saya merasakan pengenalan diri yang lebih kuat akan siapa diri saya, yup, saya tidak mau mencoba berbohong dan munafik, ada berbagai macam perasaan yang saya dapatkan, termasuk ketakutan diperjalanan, namun semuanya itu pada akhirnya bermuara ke satu hal, yaitu pengenalan akan diri saya sendiri jauh kedalam diri.
Awal mula ketika saya melangkah turun disebuah pelabuhan di destinasi pertama saya , rasa takut melanda ke dalam diri, bisikan dalam diri terus bertanya apakah saya akan selamat dalam perjalanan saya ini.Namun lambat laun, bisikan ketakutan itu terkikis sedikit demi sedikit dan berganti dengan keoptimisan bahwa saya akan baik-baik saja sepanjang perjalanan saya.
Ketika destinasi berganti, kembali rasa takut itu melanda kedalam diri, namun dengan satu destinasi yang sudah terlewati, rasa takut itu tidaklah semenakutkan seperti awalnya, namun berganti dengan rasa penasaran yang semakin membuncah ingin menelusuri tempat-tempat baru yang terpampang didepan mata.
Tahukan apa yang menyebabkan ketakutan bagi seorang individu ketika dia berada di tempat yang baru?, jawabannya adalah “perbedaan”, ya, itu lah yang menyebabkan kita ketakutan ketika kita berada di tempat yang baru.Kita merasa sekeliling kita adalah sesuatu yang “berbeda” dari kita, dan karena kita berbeda dari mereka, mereka akan datang untuk mencelakakan kita.Itulah mengapa ketika kita telah berada beberapa waktu disebuah tempat, secara perlahan rasa takut kita menghilang karena kita merasa bahwa sekeliling kita telah menjadi sesuatu yang kita kenal dan tidak berbeda dengan kita.
Hal lain yang dirasakan ketika kita telah melakukan solo travelling jelas adalah kita belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri, ketika kita melangkah sendirian, kita secara otomatis menjadi lebih aware dengan apa yang menjadi kebutuhan kita, sebagian karena didorong oleh rasa takut bila terjadi apa-apa (which is good), tanpa kita sadari kita berubah menjadi pribadi yang lebih awas dan menjadi lebih terstruktur dalam bertindak dan mampu menjadi lebih tenang ketika masalah menimpa.
Ketika saya mengutarakan keinginan saya untuk melakukan solo travelling, sebagian besar alasan yang mengatakan tidak setuju selain soal keamanan, adalah bahwa melakukan solo travelling tidaklah mengasyikkan dan menyulitkan kita untuk berfoto ditempat-tempat yang kita kunjungi.Jujur saya sangat tidak suka dengan alasan yang satu ini.Ketika mereka belum pernah melakukan solo travelling, bagaimana mungkin mereka tahu kalau solo travelling adalah pengalaman yang tidak mengasyikkan ?
Sedangkan perihal foto, jujur saya harus mengkritik soal ini karena menurut saya bagi banyak orang falsafah ber “travelling” itu sama dengan “mengunjungi”.Itulah mengapa foto diri bagi kebanyakan orang yang “mengunjungi” itu menjadi sangat-sangat penting, karena hanya itulah yang mereka cari dalam “travelling”.Semakin banyak foto diri yang berhasil mereka kumpulkan untuk dipamerkan, semakin berhasil lah mereka (kira mereka) bertravelling.
Padahal bagi saya bukan itu esensinya ketika kita bertravelling, saya ingin menelusuri tempat-tempat baru karena saya ingin memperkaya pengalaman diri saya, bagi saya tolak ukur “keberhasilan” travelling saya adalah ketika saya mampu mengeksplorasi tempat yang dulunya asing bagi saya, namun kemudian menjadi tempat yang bersahabat bagi saya ketika sudah saya kunjungi.Perihal foto, saya justru lebih tertarik mengamalkan hobby fotografi saya ketika melakukan perjalanan untuk menangkap gambar-gambar indah sebagai kenang-kenangan perjalanan saya.Saya sama sekali tidakngoyo untuk mengumpulkan foto diri tuh.
Kembali lagi ke solo travelling, percayalah, berpergian sendirian itu bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak waras, namun sebaliknya, itu adalah salah satu jalan kita untuk lebih mengenal siapa diri kita, bagaimana kita bertindak, dan juga secara tidak langsung akan mengupgrade kemandirian kita menjadi lebih baik.Jangan pendam keinginan travelling mu dengan pendapat orang lain yang bahkan tidak pernah melakukan solo travelling itu sendiri.Langkahkan kaki mu ketika rasa ingin bertualang itu datang, sendiri atau pun tak sendiri, keep walking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H