Mohon tunggu...
novrita setiawati
novrita setiawati Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Dokter Umum dengan cita-cita menjadi seorang Urolog yang dipakai oleh Tuhan menjadi berkat bagi orang sekitar saya terkhusus pasien-pasien yang Tuhan percayakan untuk diobati oleh saya. Hobi ; Bernyanyi, nonton, main game, terkadang menulis (case report, Cerpen, atau puisi)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Sepele dengan Nyeri Pinggang!

17 Juli 2023   14:00 Diperbarui: 17 Juli 2023   14:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nyeri pinggang adalah kumpulan gejala berupa nyeri dibagian tubuh yang disebut dengan lumbosakral (istilah medis) pada tulang belakang oleh karena banyak penyebab. Banyak usia dewasa meengalami keluhan ini dan merupakan urutan kedua keluhan yang sering terjadi setelah keluhan saluran pernafasan dengan rata-rata usia 30-50 tahun pada kedua pria maupun wanita.

Penyebab dari nyeri pinggang sangat beragam. Semua kelainan organ daerah sekitar tulang belakang dapat menyebabkan nyeri pinggang termasuk kelainan organ sekitar perut. Penyebab lain bisa karena psikologis. Menurut Keim HA faktor penyebab nyeri pinggang ialah kelainan bawaan lahir (kongenital), tumor, trauma akibat benturan, kelainan metabolik seperti osteoporosis, penyakit tulang dan sendi pada tulang belakang, infeksi ginjal, batu ginjal,dan sebagainya.

Dari hal-hal tersebut diatas, banyak penyebabnya keluhan nyeri pinggang, maka perlu bagi masyarakat untuk mewaspadainya dengan berobat ke dokter. Kendati demikian, dokter juga perlu kehati-hatian dalam melakukan tanya jawab seputar keluhan dan pemeriksaan fisik yang mendukung. Seperti hanya nyeri pinggang yang ternyata bisa timbul karena masalah organ sekitar abdomen, terutama sebelah kanan yang sering dicurigai radang usus buntu dan beberapa kasus ternyata batu ginjal kanan dan sebagainya.

Hal ini masih sering terjadi, baik itu dari dokter dan paramedis yang belum detail melakukan pemeriksaan, dan hanya diduga nyeri otot pinggang terkait pekerjaan kemudian dibekali antinyeri tanpa pertimbangan rujuk ke faskes yang memadai. 

Begitupun dengan masyarakat yang memiliki motto, "kalau belum sakit parah tidak perlu cek ke dokter". Pola pikir demikian juga salah. Jika sesuatu pada tubuh dirasa tidak normal atau tidak seperti biasanya, silahkan periksa kesehatan ke dokter. Jika nanti hasilnya bukan sesuatu masalah kesehatan yang berat, bersyukurlah karena kita sudah menjaga agar tubuh kita masih terjaga fungsinya. Jika khawatir biaya, zaman sekarang sudah banyak asuransi kesehatan, jadi itu bukan lagi alasan untuk tidak berobat.

Kembali ke masalah nyeri pinggang, Nyeri pinggang salah satunya dapat disebabkan oleh batu ginjal ataupun infeksi pada ginjal. Nyeri pinggang yang dirasakan kadang menetap di daerah nyeri itu berasal (dari pinggang) dan terkadang menjalar ke bagian perut yang membuat dokter ragu apakah ini sebuah radang usus buntu atau curiga batu ginjal atau infeksi ginjal?

Maka dari itu perlu ketajaman analisa seorang dokter untuk membedakannya dari keluhan, baik itu terkait masalah BAK maupun masalah BAB. Nyeri pinggang akibat gangguan di saluran kemih, perlu ditelusuri bagaimana BAK nya apakah sebelumnya keruh atau kemerahan? apakah ada keluar butiran pasir atau batu kecil? apakah sebelumnya disertai demam? kemudian ditelusuri kebiasaan makan dan minum? 

apakah sedikit minum atau pasiennya banyak minum tapi yang banyak diminum mengandung alkohol, minuman soda, dsb? kemudian ditelusur lagi riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari apakah sering makanan berlemak atau sedikit aktivitas (gaya hidup sedentari)?. Kemudian bagaimana jika nyeri pinggang yang dirasakan lebih kuat dan sering menjalar ke bagian perut, misal perut kanan bawah. Dokter kemudian berfikir apakah ini radang usus buntu (appendisitis)?

Dokter menulusuri lagi keluhan dan riwayat pola makan dan minum serta aktivitas seperti diatas. pemeriksaan fisik yang disesuaikan seperti pada appendisitis dilakukan Mc Burney sign, Blumberg Sign, Rovsing Sign, Psoas Sign dan dilakukan penghitungan skor alvarado. Tetapi, bagaimana jika keluhan nyeri pinggang khas, pemeriksaan belum mendukung, tetapi terfikirkan kemungkinan bisa saja kedua organ (ginjal dan usus buntu) terdapat suatu gangguan.

Maka dari itu perlu sekali bagi teman-teman dokter dan paramedis untuk lebih memperhatikan apakah lebih baik dirujuk saja ke faskes yang lebih memadai untuk memastikan diagnosis?. Jika nyeri pinggang ini dibiarkan bisa berakibat fatal baik itu kerusakan ginjal, infeksi usus berat (peritonitis), dan mengancam jiwa.

Hal serupa juga terjadi, seperti laporan kasus penelitian Ayant Manglik, dkk yang melaporkan kasus ginjal ektopik yang awalnya dicurigai sebagai radang usus buntu, pada seorang pria paruh baya yang mengeluhkan nyeri perut kuadran kanan bawah dan demam tinggi selama satu minggu. Kecurigaan klinis dan ultrasonografi (USG) abdomen awal mendukung diagnosis apendisitis akut. Awalnya, ia mendapatkan manajemen konservatif. Selanjutnya, pemindaian Non-Contrast Computed Tomography (NCCT) dilakukan. 

Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya ginjal ektopik kanan dengan pielonefritis akut. Apendiks berada dalam batas normal pada pemindaian NCCT. Mirip dengan laporan kasus dari Alexander Friedl, tentang seorang wanita berusia 74 tahun dengan XGP (Xanthogranulomatous Pyelonephritis) dan beberapa abses di kutub atas ginjal kanan dengan batu ginjal yang menghalangi di bagian tengah kaliks, dan mengalami kolitis berat dengan apendisitis gangren selama terapi. Kedua laporan kasus tersebut menunjukkan bahwa tidak mudah untuk mendiagnosa pielonefritis atau usus buntu bahkan dengan peralatan radiologi yang memadai.

Jika pasien ternyata mengalami infeksi ginjal yang kronis, salah satunya XGP maka terapi yang digunakan bisa sampai dilakukan pengangkatan ginjal (Nefrektomi). Artikel ini memberikan informasi penting untuk teman-teman medis dan paramedis begitu juga masyarakat awam untuk lebih peduli dan tanggap memeriksakan kesehatannya. Semoga bermanfaat dan salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun