Selain narasinya, soliditas juga datang dari duet Eggesb dan Hartgen. Keduanya membuat Narvik menjadi film perang yang lengkap; ada pertemuan sekaligus pertentangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan negara di film ini.Â
Buat saya kekurangan Narvik hanya ada di durasi. Propaganda asmara atau kisah pertempurannya yang bersejarah, sangat mungkin untuk bisa diulik lebih dalam.
Jerman akhirnya meninggalkan Narvik, tapi tidak lama kemudian datang lagi. Hingga di akhir Perang Dunia II, Narvik dikuasai Nazi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H